Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

Sahabat jadi Cinta Karya NR

SAHABAT JADI CINTA Karya NR �Bulan dan bintang slalu bersama. Mereka saling melengkapi satu sama lain. Tapi kenapa kamu harus meninggalkan aku nay? Aku kangen kamu� desah siska dengan tangis kecilnya, di balik jendela. Siska dan naya, Mereka sudah bersahabat sejak umur 5 tahun. Naya meninggal karna penyakit yang dideritanya 6 tahun yang lalu. Kehilangan seorang sahabat yang selalu membela

Cerpen: Ara!

Gambar
honeyizza.files.wordpress.com �Hujaan�!� Langkah kecilnya tergesa, berlari meminta perlindungan pada perempuan yang sibuk di dapur. Gemuruh seng bersahutan tertimpa bulir bening dari langit. Ceracau angin, sesekali petir, kilat membiaskan terang pada jeda yang tidak teratur dari jendela. Genggaman kecil lelaki itu semakin erat, menyulam senyum simpul di bibir Ara! Oh, perasaan itu menjalarinya. Betapa ia merasa sempurna jadi perempuan! �Ibu�Hujan�!� �Iya�! Kakak lelaki, tak boleh takut hujan�!� Sepasang mata bening itu tiba-tiba berbinar. Memeluk ibu selalu menyenangkan. Apalagi hujan, gemuruh di luar semakin buncah. Ada cemas yang tiba-tiba menjalar di dada Ara. Hujan ini, tak serupa biasa. Digendongnya lelaki kecilnya, cemas berubah ketakutan. Sempurna memasungnya di sore yang kelabu, saat hujan turun tak bersahabat. Deru kendaraan terdengar samar. Bunyi klakson, terdengar langkah sepatu membentur tegel, langkah tergesa, pintu diketuk. Oh, ketakutan berubah sumringah. Kekasihnya tel...

Rasa Karya Rachma Aulia Prima Yanti

RASA Karya Rachma Aulia Prima Yanti Di sinilah kisah ini dimulai... Cahaya hangatnya telah menyusup masuk diantara celah jendala kamarku yang begitu damai. Tubuhku hangat seperti pelukan sang bunda. Perlahan mataku terbuka,namun terhalang oleh kemilau sinarnya yang meyilaukan,dan pada akhirnya pandanganku remang dibuatnya. Dengan semangat membara aku membereskan tempat

Cerpen: Ayah Matahari

Gambar
zooprexmedia.web.id Hanya pada setiap Sabtu aku bertemu ayah. Melabuhkan rindu, meruahkan segala keluh-kesah. Ayah bagiku telah menjelma air yang menghilangkan dahaga, ayah adalah hujan yang memberi kehidupan, ayah adalah matahari. Bersama ayah selalu menyenangkan. Pagi yang beku, aku beranjak dari tempat tidur, mengguyur tubuh dengan air sedingin es. Seketika, aku seperti disergap musim dingin, menusuk sampai ke buku-buku.   Aku menggigil tapi tak peduli. Banyak pekerjaan yang harus segera kuselesaiakan. Sebelum ke sekolah, pekerjaan pertamaku memberi makan ayam yang jumlahnya puluhan. Menyediakan makan kambing-kambing, membantu nenek, dan beberapa pekerjaan rumahan lain. Cukup melelahkan, tapi aku berusaha menikmati semuanya. Dalam kondisi lelah seperti itu, aku akan langsung teringat ayah. Senyumnya, dekapan hangatnya menjadi pengusir segalanya. Kadang aku merasa kurang beruntung, menjalani hari-hari melelahkan. Aku iri dengan teman sebayaku yang bisa melakukan apa saja. Bangun...

Cerpen: Belajar Hidup

Gambar
   http://www.fotoblur.com H idup semakin sulit. Sulit bagi kita yang selalu peduli dengan naiknya harga beras, cabe, tomat, popok, susu, dan kebutuhan harian lainnya. Jelas gajiku tak cukup, dan dipastikan rekening tabungan kita jebol dengan melonjaknya harga-harga. Kau dan aku mulai merasakan, setidaknya di bulan-bulan jelang akhir tahun seperti ini. Simpanan t ak akan cukup, kita harus menambah jumlah pinjaman untuk menutupi kebutuhan harian yang mencekik . Embusan napas kita semakin berat saja, aku pulang jelang senja mendapati tatapanmu yang sayu. Juga senyum getir yang selalu saja menegaskan jika hidup kita benar-benar berkabung. Aku memelukmu, lalu bercanda-gurau dengan anak kita yang sebentar lagi memasuki usia sekolah. Oh...! K ita telah melewati masa-masa meminta itu dan sekarang menjadi orang tua. Orang tua? Berarti masa memberi tiada henti telah kita mulai. �Ayah...Beras sudah habis. Popoknya Aco juga sudah habis!� Aku tak mengubris, bergegas mengganti pakaian ke...