Postingan

Menampilkan postingan dengan label KOLOM OPINI

Nasi Kuning Paling Enak di Gorontalo

Gambar
           Saya sudah menjajaki nikmatnya makan Nasi Kuning Padebuolo di depan Sekolah Dasar. Sudah mencicipi nasi kuning di lorong depan Kampus Poltekes Gorontalo. Atau yang di Ipilo: Nasi Kuning Daging dengan bakwan sebagai pelengkap. Di Biawu Nasi Kuning Sop Kikil yang cita rasanya sesuai harga kalangan elite. Yang di Jalan Palma, pas tikungan dari arah pertigaan Agus Salim, ada bakwan, tahu goreng, dan tempe goreng yang menambah ramai, juga kue-kue khas Gorontalo lainnya. Ada lagi yang punya orang Arab dari arah perempatan Gelael melewati penjual buah, di situ juga oke. Nasi Kuning Nusantara di Jalan Raja Eyato punya rasa yang khas. Nasi Kuning Manado Regal di samping Inul Vista dan depan Wong Solo makin membuat lidah saya semarak dengan ragam cita-rasa nasi kuning yang ada di Kota Gorontalo . Ada lagi yang di samping pertigaan jalan masuk Al-Islah di Jl. Irian, Nasi Kuning Manado, mantap. Nasi-nasi kuning pinggir jalan sepanjang J...

Membaca Gorontalo

Gambar
Siapakah H.B. Jassin dan J.S. Badudu? Kedua nama ini meski digdaya namun kenyataannya asing di kekinian. Semestinya, kedua orang ini setenar B.J. Habibie di kepala banyak orang Gorontalo, namun keduanya terlanjur memilih �jalan sunyi� sebagai pilihan hidup.   Seperti itulah, dunia literasi memang selalu jauh dari bingar pesta-pora dan huru-hara. Memiliki nama Hans Bague Jassin. Merupakan Putra Gorontalo yang dijuluki �Paus Sastra Indonesia� oleh penulis buku Wasiat Bung Karno: Gajus Siagian. Julukan ini tentu tak berlebih, karena Jassin adalah pemegang lisensi sebagai dokumentator sastra terlengkap dan terkemuka. Tercatat sekira 30 ribu buku dan majalah sastra, guntingan koran, dan catatan pribadi penulis disimpannya di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. [1] Seharusnya H.B. Jassin adalah idola. Jassin tentu dikenal, utamanya bagi yang pernah mengenyam pendidikan di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, atau setidaknya lekang di ingatan, karena jel...

Dari Tumbilotohe ke Tumbilotohe (Catatan Lomba Cerpen Balai Bahasa Provinsi Gorontalo Tahun 2016)

Gambar
Oleh: Sultan Sulaiman* Saya bertugas jadi juri pada   Lomba Cerpen 2016 yang digelar Balai Bahasa Provinsi Gorontalo bersama Ibu Darmawati Majid (Balai Bahasa) dan Ibu Mira Mirnawati (UNG-Penerbit Ideas). Tugas yang terbilang berat sebab harus memilah dan memilih cerpen-cerpen terbaik untuk dua kategori: umum dan pelajar.   Ada 21 judul cerpen kategori pelajar dan 52 judul untuk kategori umum yang masuk ke meja panitia. Jumlah ini merosot dari tahun sebelumnya. Jumlah naskah yang masuk tahun lalu nyaris menyentuh angka 100.  Sebagai pembuka catatan ini, saya ucapkan selamat kepada mereka yang telah berpayah mengirimkan naskah untuk Lomba Cerpen Balai Bahasa Provinsi Gorontalo tahun ini. Anda adalah pemenang. Kemenangan seorang penulis kala ia telah merampungkan karya tulisnya. Sebab merampungkan karya merupakan pergulatan terberat yang dihadapi penulis. Dia bertarung dengan dirinya sendiri. Pertarungan melawan diri sendiri sejatinya merupakan pertarungan terdahsyat yang ...