Postingan

Colorless Tsukuru Tazaki

Gambar
Murakami berhenti bersembunyi. Itu yang saya lihat ketika membaca paragraf pembuka Colorless Tsukuru Tazaki and His Years of Pilgrimage (selanjutnya saya sebut � Colorless Tsukuru� ). Ia tidak lagi meletakkan kehidupan soliter dan �ideologi kesendirian� sebagai sesuatu yang tersirat lewat adegan-adegan dan peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh-tokoh dalam novelnya. Kali ini, Murakami secara gamblang langsung berkata kepada pembaca bahwa tokoh utama novelnya sudah lama ingin mati. From July of his sophomore year in college until the following January, all Tsukuru Tazaki could think about was dying. Tsukuru Tazaki memiliki empat orang sahabat. Keempatnya menyandang nama yang ternyata adalah warna-warna dalam bahasa Jepang: Akamatsu ( red pine ), Oumi ( blue sea ), Shirane ( white root) , dan Kurono ( black field ). Hanya Tsukuru Tazaki yang tidak mengandung arti warna pada namanya. Sejak saat itulah ia merasa berbeda dari keempat sahabatnya. Namanya tidak berwarna. Colorless Tsukuru. Ko...

The Book Thief, Markus Zusak

Gambar
Hal paling cerdas yang telah dilakukan Markus Zusak di novelnya The Book Thief, saya kira, adalah keputusannya untuk bercerita menggunakan sudut pandang Kematian. Andai Zusak tidak melakukannya dan bertutur memakai sudut pandang salah satu tokoh dalam kisah keluarga berlatar belakang perang Nazi Jerman itu, barangkali, sosok Liesel Meminger dan apa saja yang terjadi dengan orang-orang di sekitarnya tidak menjadi lebih menarik. The Book Thief dibuka dengan deskripsi yang dilihat dari kacamata - dan digambarkan oleh - si narator utama: Kematian. Bab pertama pada bagian prolog novel tersebut diberi judul �Death and Chocolate�. Dengan sudut pandang orang pertama, Kematian menuturkan apa yang dia lihat, setiap kali terjadi kematian. First the colours. Then the humans. That�s usually how I see things. Or at least, how I try. Zusak tidak memberitahu kepada pembaca bahwa yang sedang berbicara adalah Kematian, atau Malaikat Maut. Namun, lewat adegan-adegan terjadinya kematian manusia, tuturan �...

Mereka yang Telah Jatuh Cinta

Gambar
Sudah sebulan sejak buku terbaru saya terbit: Jatuh Cinta Adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri. Kumpulan berisi lima belas cerita pendek tersebut, sejauh ini, ternyata mendapat sambutan yang bisa saya bilang cukup baik. Terus terang saja, pada awalnya saya merasa khawatir. Dapat dikatakan sebagian besar pembaca saya adalah mereka yang menyenangi kisah cinta. Terutama, kisah cinta yang berakhir manis, seperti yang saya tulis di beberapa novel remaja saya sebelumnya ( Kata Hati, Cinta dengan Titik). Maka dari itu, ketika saya memutuskan untuk menulis cerita-cerita pendek yang bernuansa gelap, ada sedikit kekhawatiran, cerita-cerita tersebut kurang disambut baik. Meski kebanyakan cerita yang saya tulis itu masih bertema cinta, namun saya sadar bahwa Jatuh Cinta Adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri memiliki cukup banyak perbedaan dari buku-buku saya, terutama novel-novel remaja saya. Jatuh Cinta Adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri, jika saya telisik, mungkin memiliki kesamaan nuansa denga...

Polisi Hoegeng Dan Polisi Meupep-pep

Gambar
via albastari.blogspot.com Lelucon Gus Dur ? paling saya  ingat tentang ada 3 polisi baik dan jujur di Indonesia: Polisi Hoegeng, Polisi Tidur, Patung Polisi. Andai Gus Dur masih hidup dan sempat ke Aceh, tentu Gus Dur juga sepakat ada satu lagi polisi baik dan jujur di Indonesia, tepatnya di Banda Aceh, Polisi Meupep-Pep. Saya kerap malu jika tak memamakai helm dan  berpapasan dengan mobil dauble-cabin Pak Adnan, sang polisi lalulintas yang dikenal polisi meupep-pep ini. Sastrawan Hamsad Rangkuti pernah menulis cerpen lelucon soal polisi yang sampai sekarang terus saya ingat dan cukup berkesan dengan pengarang yang pernah menulis cerpen fenomenal: "Maukah kau menghapus bekas bibirnya dibibirku dengan bibirmu?" Hamsad menulis cerpen Si Lugu dan Si Malin Kundang yang dimuat di Harian KOMPAS, Si Lugu dan Si Maling Kundang   membuat saya terus mengingat cerita lelucon satir itu. Cerpen itu dikisahkan oleh Hamsad tentang seorang tua berasal dari kampung yang mendatangi...

Dua Kumcer Bagus

Gambar
Aksara Amananunna, Rio Johan Bisakah Anda bayangkan, bagaimana keadaan dunia kita tiga ratus tahun dari sekarang? Atau, lebih jauh lagi, seribu tahun? Bahkan, lima ribu tahun kemudian? Bagaimana wujud bumi, apa saja permasalahan-permasalahan yang dialami manusia, atau siapa yang berkuasa pada saat itu? Lewat Aksara Amananunna, Rio Johan menawarkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Setidaknya dua dari dua belas cerita dalam Aksara Amananunna adalah lompatan ke masa depan yang sangat jauh. Latar waktu yang digunakan Rio Johan untuk menyampaikan kisah-kisahnya berada pada rentang waktu yang tak tersentuh nalar. Di cerita pertama, �Undang-Undang Antibunuhdiri� berlatar tahun 21xx (dua ribu seratus sekian), mengisahkan tentang seorang perdana menteri yang kebingungan melihat lonjakan kasus bunuh diri di negaranya, sehingga merasa harus menetapkan undang-undang untuk melarang hal tersebut. Di �Ginekopolis� bahkan lebih jauh lagi, cerita tersebut berlatarkan tahun 8475, berkisah te...