Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

KABUT IBU

Gambar
Cerpen Kompas, 8 Juli 2012 � oleh Mashdar Zainal Dari kamar ibu yang tertutup melata kabut. Kabut itu berjelanak dari celah bawah pintu. Merangkak memenuhi ruang tengah, ruang tamu, dapur, kamar mandi, hingga merebak ke teras depan. Awalnya, orang-orang mengira bahwa rumah kami tengah sesak dilalap api. Tapi kian waktu mereka kian bosan membicarakannya, karena mereka tak pernah melihat api sepercik pun menjilati rumah kami. Yang mereka lihat hanya asap tebal yang bergulung-gulung. Kabut. Pada akhirnya, mereka hanya akan saling berbisik, �Begitulah rumah pengikut setan, rumah tanpa Tuhan, rumah itu pasti sudah dikutuk.� *** Peristiwa itu terjadi berpuluh tahun silam, pada Oktober 1965 yang begitu merah. Seperti warna bendera bergambar senjata yang merebak dan dikibarkan sembunyi-sembunyi. Ketika itu, aku masih sepuluh tahun. Ayah meminta ibu dan aku untuk tetap tenang di kamar belakang. Ibu terus mendekapku ketika itu. Sayup-sayup, di ruang depan ayah tengah berbincang dengan beberapa ...

CERITA OMBAK (TAK) BEROMBAK

Gambar
Cerpen Waspada, 8 Juli 2012 � oleh Winda Prihartini Laut masih saja bergejolak, berombak, membelalak, menyebar derak, sejak kemarin sore ketika senja jatuh ke tepi barat. Nyiur pohon pun terus memperindah pandang mata. Entah apa yang membawaku untuk selalu ada di sini. Mungkin sekedar mengabar pada angin dan air. Sebab muasal ceritaku tumbuh subur di sini. Sejak saat itu, aku sering seperti ini. Berdesir di pesisir. Heranku ombak tak pernah menutup cerita tentang kami. Meski sudah bertahun aku melenggang ke arah pijakan baru. �Sayang, sudah beberapa lama kau berdiri?� �Entahlah, aku ingin tetap begini.� �Sayang, aku tak mengerti mengapa kau terus menerus mendatangi tempat ini, kau begitu setia?� �Iya, memang kau tak akan pernah mengerti, kau hanya tahu aku menyukai tempat ini.� Senja akan habis, baiknya kupergi dan kembali menjalani kehidupanku sendiri. Bukan seperti ombak yang terombang-ambing. Itu cukup dulu, sekarang tidak lagi. Seperti telaga, hidupku lebih tenang kini. *** Sebena...

PEREMPUAN YANG MEMANGGUL DUKA

Gambar
Cerpen Inilah Koran, 8 Juli 2012 � oleh N. Mursidi AKU tidak mengenal perempuan itu, kecuali hanya tahu sepenggal namanya. Justine. Sebuah nama yang melankolis. Tetapi, tak pernah kusangka jika pemilik nama itu ternyata seonggok tubuh perempuan yang menyimpan duka lara, juga kabut malam. Mirip jerit parade jugun ianfu di zaman pendudukan Jepang, yang harus menerima kutukan. Lebih dari itu? Aku merasa tak pernah mengenalnya. Dia serupa hantu. Aku hanya mendengar jeritnya tapi tak pernah melihat wajahnya. Kami - aku dan dia- tidak pernah bertemu. Tak pernah berpapasan di jalan. Apalagi jalan bareng berdua atau kencan. Aku hanya tahu, dia seorang perempuan yang terluka dari serak suaranya saat pertama kali menelponku di siang bolong. Setelah satu tahun sejak dia meneleponku di siang bolong itu, yang tak pernah kuingat lagi, tiba-tiba kudengar sebuah kabar mengejutkan. Dia mencoba bunuh diri dengan menelan sepuluh pil penenang yang membuatnya terkapar, tak berdaya. Empat satpam yang berja...

LEDAKAN MATA

Gambar
Cerpen Kedaulatan Rakyat, 1 Juli 2012 � oleh Bustan Basir Maras MEREKA tak pernah menduga pertemuan itu. Tiba-tiba saja dituntun tangan takdir ke sebuah taman. Tak begitu indah, namun mereka menemukan keasyikan yang paling purba. Di hadapan mereka bukit-bukit menghijau tersepuh embun. Kadang turun mendekat ke rerumputan, kabut menebal menyebabkan jarak pandang jadi terbatas. Awalnya mereka bingung. Tapi di taman itu tak seorang pun hadir kecuali mereka. Hanya berdua. Berdua di tengah shimponi perbukitan. Selebihnya, sepi. �Maaf,Anda cari siapa?� tanya salah seorang dari mereka. �Kamu cari siapa? ditanya balik. �Kenalkan. Namaku Ingkar. Lelaki yang takkan pernah ingkar janji. Setidaknya itulah doa ayahku ketika menghadiahkan narna ini untukku.� �Aku Mentari. Ayahku menamaiku Mentari agar kelak menjadi perempuan yang menyinari kehidupan. Asyik kan?� �Oh, asyik juga namamu. Aku suka,� kata Ingkar yang baru saja mengenalkan dirinya pada Mentari yang masih gugup berdiri di hadapannya. Mere...

TUKANG PIJAT KELILING

Gambar
Cerpen Kompas, 1 Juli 2012 � oleh Sulung Pamanggih Sebenarnya tidak ada keistimewaan khusus mengenai keahlian Darko dalam memijat. Standar tukang pijat pada layaknya. Namun, keramahannya yang mengalir menambah daya pikat tersendiri. Kami menemukan ketenangan di wajahnya yang membuat kami senantiasa merasa dekat. Mungkin oleh sebab itu kami terus membicarakannya. Entah darimana asalnya, tiada seorang warga pun yang tahu. Tiba-tiba saja datang ke kampung kami dengan pakaian tampak lusuh. Kami sempat menganggap dia adalah pengemis yang diutus kitab suci. Dia bertubuh jangkung tetapi terkesan membungkuk, barangkali karena usia. Peci melingkar di kepala. Jenggot lebat mengitari wajah. Tanpa mengenakan kacamata, membuat matanya yang hampa terlihat lebih suram, dia menawarkan pijatan dari rumah ke rumah. Kami melihat mata yang bagai selalu ingin memejam, hanya selapis putih yang terlihat. Kami pun penasaran ingin merasakan pijatannya. Maklum, tak ada tukang pijat di kampung kami, apalagi yan...

BINTANG PELAJAR DI PINGGIR JALAN

Gambar
Cerpen Pikiran Rakyat, 1 Juli 2012 � oleh Didin D Basoeni SETELAH membersihkan debu kaca salah satu kendaraan di persimpangan jalan lalu menerima uang lima ratus rupiah, Akum terus berlari ke pinggir toko. Semula akum akan membersihkan kaca kendaraan lainnya. Tapi terasa badannya kedinginan, sebab tertiup angin malam musim kemarauan yang sangat dingin. Di pinggir toko, lalu Akum rnenghitung uang hasil belas kasihan dari membersihkan kaca kendaraan sejak pukul 14.00 WIB siang sampai 20.00 WIB. �Alhamdulillah...dapat tiga ribu lima ratus rupiah...,� Akum bergumam sambil memasukkan uang yang sudah dekil karena jarang dicuci. �Seribu rupiah buat ibuku sisanya untuk keperluan sekolah,� kata Akum sambil berdiri. Tetapi ketika mau pergi, datang seorang anak lelaki seusia Akum yang juga mencari belas kasihan dari penumpang kendaraan di pinggir jalan dengan cara bernyanyi pake alat musik kaleng bekas tutup botol minuman yang dipaku ke papan pendek yang dipegang tangannya. �Kamu dapat uang bera...