Postingan

Jatuh Cinta Adalah Kesulitan Kawan

cinta seperti juga memahami bentuk grativikasi.  ia kerap terjatuh pada model atau bentuk yang berbeda-beda. kita kemudian yang berprasangka, menduga-duga yang entah. banyak hal, banyak soal tentang sangka-sangka itu. pernah disesalkan dari perginya seseorang yang engkau kagumi dan banggakan? sebab kenangan menjadi berharga atas hadirnya. hadirlah sebentar saja, untuk sekedar melihat gimana rupa wajah rindu. betapa jahannamnya. lalu siapa yang sanggup membunuh kenangan? pada buku, pada wajahnya, pada rindu. ketika ada hati dan rasa yang tak bahagia, mungkin satu dari banyak sebab karena engkau belum mengikhlaskan. jika setiap hal yang kau damba berjalan sesuai rencana, kau tak akan pernah paham bahwa sesekali kecewa itu menguatkan. saat harapan tak sampai memang  terasa  sangat menyebalkan, disitu barangkali cara terbaik melawan kesepian adalah dengan tidak lagi jatuh cinta pada tempat yang salah. jatuh cinta adalah kesulitan kawan, demikian surah Pram. ?

My Name Is Red, Orhan Pamuk

Gambar
Latar waktu yang diambil Pamuk dalam kisah dengan setting Istanbul ini adalah sekitar abad ke-16. Sekelompok miniaturist - sepanjang membaca saya membayangkan mereka sebagai seniman rupa, pelukis, atau ilustrator - mendapat mandat dari Sultan untuk membuat sebuah buku. Ternyata, masalah dimulai ketika sang mandor menggunakan teknik lukis gaya Eropa, yang dianggap menyalahi aturan agama dan membuatnya terancam sebagai seorang kafir. Hal pertama yang terlintas di kepala saya ketika membaca My Name Is Red adalah, Orhan Pamuk merupakan penulis yang tahu bagaimana cara menangkap perhatian pembaca dengan cepat. Bisa kita lihat langsung dari paragraf pertama novel ini. Dituturkan dari sudut pandang seorang mayat, Pamuk menggunakan narasi yang padat dan catchy untuk menggambarkan keadaan mayat tersebut yang baru saja dibunuh, dan dalam keadaan wajahnya hancur dan berdarah. Paragraf novel yang tebalnya tak kurang dari 400 halaman ini dibuka dengan narasi yang saya pikir cukup dramatis. Membawa ...

Dari Kipandjikusmin Hingga Charlie Hebdo

Gambar
gambar diambil disini : www.npr.org Sebagian dari pembaca karya sastra serius pasti tidak asing dan tidak lazim dengan kontroversi cerita pendek Langit Makin Mendung karya Kipandjikusmin yang dimuat di Majalah Sastra Edisi Agustus 1968 itu. Cerpen itu jadi kontroversi dalam masyarakat pada era 60-an hingga menyebabkan Redaktur Majalah Sastra H.B Jassin berurusan dengan hukum, dia divonis satu tahun penjara karena dianggap bertanggung jawab atas pemuatan cerpen dengan nama anonim itu. Debat kontroversi kemudian kian panjang, hingga melahirkan karya-karya ilmiah yang menganalis kontroversi cerpen Kipanjdikusmin. Dimuatnya cerpen yang mengisahkan tentang turunnya Nabi Muhammad ke bumi bersama Jibril yang menyamar sebagai elang. Dialog-dialog satir kemudian hadir dan membuat kita sebagai pembaca mengernyitkan dahi. Kontroversi cerpen itu masih dibahas sampai sekarang dalam ranah sastra di Indonesia. Orang orang saling berargumen tentang makna kebebasan berkarya dan bebas berimajinasi. Oran...

Cerpen: Perkenalan (Koran Tempo 15 Februari 2015)

Gambar
Perkenalan Cerpen Bernard Batubara Dimuat di Koran Tempo, Minggu 15 Februari 2015 �Kamu harus tahu, Harumi sayang. Pada zaman ketika kekerasan begitu mudah dilakukan, hal terburuk yang bisa dimiliki seseorang adalah identitas.� Bong berkata demikian, tepat satu hari sebelum ia mati mengenaskan. Kepalanya ditemukan terpisah sejauh lima meter dari tubuhnya. Jasadnya tergeletak begitu saja di tengah jalan. Pertama-tama, saya minta maaf kepada teman-teman semua, karena sudah membuka perkenalan ini dengan adegan yang kurang nyaman. Namun, apa boleh buat, begitulah memang yang saya alami. Maka, begitu pula yang akan saya sampaikan. Perkenalan ini akan singkat saja. Jadi, saya mohon teman-teman tidak pergi dari tempat ini. Teman-teman semua. Nama saya Harumi. Saya bukan orang Jepang. Saya akan bercerita tentang kehidupan saya. Namun, mengingat ucapan terakhir Bong, saya akan mengisahkan cuplikan masa lalu saya dengan mengubah seluruh identitas orang-orang yang ada di dalamnya. Mungkin juga id...

Jatuh Cinta di Surabaya dan Malang

Gambar
Meneruskan perjalanan tur promo buku terbaru saya: Jatuh Cinta Adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri , saya dan tim penerbit GagasMedia bertandang, kali ini, ke Jawa bagian Timur. Tepatnya ke Surabaya dan Malang. Tanggal 13 Februari 2015, saya berangkat dari Jogja pukul enam pagi menggunakan kereta. Sancaka Pagi, nama keretanya. Ini bukan perjalanan pertama saya ke Surabaya. Beberapa buku saya sebelumnya membawa saya melakukan perjalanan ke Surabaya, juga untuk urusan promosi. Hari itu hari Jumat, saya tiba di Surabaya tepat pukul duabelas siang. Di stasiun Surabaya Gubeng, saya sudah ditunggu Zaenal, kru pemasaran Agromedia, yang dalam tiga hari ke depan akan menemani saya berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk bertemu para pembaca. Malamnya, kami bertandang ke Prima Radio Surabaya. Sempat ada masalah karena ternyata alamat radio yang kami simpan tidak valid. Akibatnya, kami harus menempuh jalan lebih jauh untuk menuju lokasi, dan kehilangan tak kurang dari setengah jam dari w...