Bahan Bakar Mencret



Ketum PDIP dulu Paling Ngotot Tolak BBM Naik | twitter
Hari ini sekitaran jam 10 pagi, saya berhenti pada sebuah pom pengisian bensin tidak resmi yang sebuah kios, saya isi seliter untuk motor. Sebelumnya saya memang sering mengisi BBM di pom bensin SPBU. Saya awalnya mengira di kios ini juga sudah mulai dinaikkan bensin, ternyata dugaan saya itu salah besar. Seorang ibu yang menjual bensin itu berkata kepada saya, walaupun BBM sudah diumumkan naik sejak semalam, tapi dia masih menjual harga 7000 seperti biasanya. Dia beralasan yang menurut saya penting bagi kita semua: bensin ini masih modal 6500 waktu saya beli di SPBU, saya tidak mau berdosa karena menjual harga seperti yang telah diumumkan pemerintah. Nanti aja kalau saya sudah ambil bensin yang harga 8500 di SPBU, saya akan jual 9000. Untungnya 500, sama kayak dulu"

Selepas mengambil uang kembalian, saya bergegas ke sebuah warkop untuk mengunggu janji dengan seorang teman, sambil itu saya menulis beberapa poin penting yang menurut saya layak ditulis. Jika hari ini ada banyak orang yang berpikiran dan tindakan seperti ibu penjual minyak eceran itu tadi, maka bahagialah kita. Dia paham apa makna mengambil untung dan tidak mendapat rezeki dari derita orang lain. Padahal dia bisa aja menjual harga bensin 9000 walaupun modalnya masih 6500. Tapi dia mengambil sikap tidak menjual harga tinggi sebab modal bensin dia beli belum naik.

Karena sedang hot isu tentang Bahan Bakar Minyak [BBM] mari kita tuliskan catatan kebencian ini kepada pemerintah Indonesia sekarang ini yang tidak punya telinga lagi untuk mendengar. Terlepas dari alasan apapun dari kalian tentang BBM yang dipaksakan naik yang diumumkan semalam oleh Presiden RI kepada publik. Sebagaiman kita tau, Presiden Jokwoi itu adalah diusung oleh PDI-P, partai ini dimasa era SBY-Budiono yang paling gencar dan ngotot menolak BBM naik. Dan apa yang terjadi hari ini? Mari kita arahkan jari tengah untuk partai ini.

Saya jadi ingat tentang slogan seorang teman: konsistenlah dalam bermusuhan. PDIP hari ini tidak konsisten bermusuhan dengan kenaikan BBM, dulu mereka sangat mengutuk kebijakan SBY menaikkan BBM, alasannya derita rakyat lah. Tetapi ketika mereka berkuasa hari ini apa yang terjadi? Ucapan mereka dulu sangat dungu dengan kondisi sekarang ini.

Catatan blog ini ditulis dengan penuh kebencian. Harga bensin yang naik dari 6500 ke 8500, sebagian banyak dari kita tentu masih sanggup mampu mengisi bahan bakar itu untuk kenderaan motor. Mau tidak mau kita memang dipaksakan mengisi bensin itu karena banyak hal yang mesti dijalankan dengan adanya bantuan motor. Tetapi akan berbeda ketika naiknya BBM itu berimbas pada harga kebutuhan bahan pokok.

Lucunya mental orang kita bansa Indonesia ini, dulu saat SBY pernah melakukan turun BBM, harga barang tidak ikutan turun. Ini yang lucu sekali. Tingkah polah masyarakat kita memang belum paham bagaimana menjadi manusia yang tidak hidupa dan mencari duit atas penderitaan orang lain. [break magrib]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Brothers Karamazov, Fyodor Dostoyevsky

Nasi Kuning Paling Enak di Gorontalo

Rio Johan: Aku Ingin Melihat Sejauh Mana Aku Bisa Terus Menulis