Membaca karya sastra klasik adalah sesuatu yang belum pernah saya lakukan. Terlalu banyak hal yang membuat saya enggan, atau setidaknya terus menunda membaca karya-karya sastra klasik, dan semua itu berakar pada macam-macam prasangka: semua buku sastra klasik �berat�, ukurannya terlalu tebal, bahasanya sulit dimengerti, dan seterusnya. Sebagai penulis, saya merasa �harus� membaca karya sastra klasik, untuk alasan yang juga tidak benar-benar saya pahami. Mungkin karena beberapa penulis kesukaan saya membaca banyak karya sastra klasik. Sebagai pembaca, saya menganggap membaca karya sastra klasik sebagai suatu tantangan, yang cepat atau lambat harus saya jawab. Saya memutuskan tahun ini adalah waktunya untuk menjawab tantangan itu. Karya sastra klasik pertama yang saya baca: The Brothers Karamazov, Fyodor Dostoyevsky (1821-1881). Ia penulis Rusia, dan novel tersebut merupakan karya terakhirnya. Sepanjang 60 tahun usianya, ia menulis cukup banyak buku, sekitar 20 hingga 30. Beberapa yang s...
Saya sudah menjajaki nikmatnya makan Nasi Kuning Padebuolo di depan Sekolah Dasar. Sudah mencicipi nasi kuning di lorong depan Kampus Poltekes Gorontalo. Atau yang di Ipilo: Nasi Kuning Daging dengan bakwan sebagai pelengkap. Di Biawu Nasi Kuning Sop Kikil yang cita rasanya sesuai harga kalangan elite. Yang di Jalan Palma, pas tikungan dari arah pertigaan Agus Salim, ada bakwan, tahu goreng, dan tempe goreng yang menambah ramai, juga kue-kue khas Gorontalo lainnya. Ada lagi yang punya orang Arab dari arah perempatan Gelael melewati penjual buah, di situ juga oke. Nasi Kuning Nusantara di Jalan Raja Eyato punya rasa yang khas. Nasi Kuning Manado Regal di samping Inul Vista dan depan Wong Solo makin membuat lidah saya semarak dengan ragam cita-rasa nasi kuning yang ada di Kota Gorontalo . Ada lagi yang di samping pertigaan jalan masuk Al-Islah di Jl. Irian, Nasi Kuning Manado, mantap. Nasi-nasi kuning pinggir jalan sepanjang J...
Seorang pecandu gim konsol yang menemukan jalan kepenulisannya lewat sejarah dari dunia-dunia jauh. Tatkala tulisan ini dibuat, ia berusia 26 tahun. Demi umurnya itu dan hobi menulisnya, ia disebut sebagai penulis muda. Tetapi, kiranya bukan label umum semacam itu yang tepat disematkan pada laki-laki ini-penulis muda-melainkan sesuatu yang lebih spesifik. Lantas, apa? Mari kita lihat: ia menonton film-film cult yang tak banyak diketahui orang , menghabiskan waktunya bermain gim konsol yang jarang sekali, jika tak pernah, jadi bahan inspirasi bagi seorang penulis, dan menuliskan cerita tentang komunitas penyedia layanan aksi erotis bondage-discipline-sadism-masochism di suatu belahan dunia antah-berantah. Saya menimbang-nimbang, mencari satu label spesifik itu, dan setelah ketemu langsung mengutarakannya kepada yang bersangkutan. �Kau penulis aneh,� kata saya. Balasan yang saya peroleh hanya suara tawa dan raut memaklumi, seakan-akan ia sudah sering mendapat tudingan serupa. Rabu,...
Komentar
Posting Komentar