Poligami Yang Tak Dirindukan
21cineplex.com |
Tema poligami selalu menarik diperdebatkan di tengah isu gender yang diagung agungkan �yang katanya- berasal dari Barat. Semalam saya berbahagia sebab menguras air mata saat menonton film Surya Yang Tak Dirindukan, untuk memudahkan menulis selanjutnya disingkat SYTD.
Semalam, saya bersalah dengan sengaja karena menonton film ini melalui situs yutub. Tapi mau dikata apa, untuk menonton yang legal, kami harus ke Medan, menempuh perjalanan bus selama 12 jam. Film yang dirilis atas adopsi judul novel Asma Nadia ini menjadi pilihan banyak orang menonton, karena kontroversi poligami yang tak berkehabisan dibahas. Ini mungkin jadi alasan yang lain.
Saya tak ingin menyalahkan Aceh yang tidak ada gedung bioskop. Saya lebih mengapresiasi para pembajak film ini hingga kami di Aceh bisa menontonya gratis di yutub, walau harus menunggu 6 bulan kemudian sejak rilis bioskop pada Juni 2015 lalu.
Konflik film ini sungguhlah rumit. Para aktornya saling punya kisah masing masing tentang latar belakang orang tua berpoligami. Cerita berawal dari Andika Prasetya (Fedi Nuril) dengan karakter sebagai pria baik yang ringan tangan. Cerita bermula saat ia bertemu dengan Arini (Laudya Cyntya Bella) di sebuah tempat, Pras mengantarkan seorang anak kecil yang terserempet motor di jalan ke tempat belajarnya. Di tempat belajar itu ada sosok Ibu guru yang masih gadis bernama Arini. Sosok gadis berjilbab dengan wajah ramah, hingga tampak jelas akan kecantikannnya. Pras bersama dua temannya, Arman dan Hartono. Mereka adalah mahasiswa Asitektur. Pras jatuh cinta pertama kali melihat Arini saat mengantar bocah yang kecelakaan tadi. Kenalan berlanjut. Pras dan Arini menikah. Pras jadi seorang pengusaha bidang infrastuktur.
Awalnya kehidupan mereka yang bahagia, suami-istri dengan seorang putri bernama Nadia (5). Disinilah konflik dimulai, suatu hari saat Pras dalam perjalanan ke kantornya. Pras menolong seorang pengendara lalulintas yang jatuh ke jurang. Ia membawa korban kecelakaan itu ke rumah sakit terdekat. Ternyata perempuan itu hamil, ia melahirkan seorang bayi laki-laki, yang kemudian diberi nama Akbar. Suami si perempuan itu entah di mana sudah, saya membayangkan suaminya selingkuh.
Ibunya si bayi itu bernama Meirose, diperankan oleh Raline Shah. Saat dalam perawatan itu dia mau bunuh diri dari atas gedung rumah sakit, ia mempunyai latar belakang dari keluarga tak bahagia. Ibunya bunuh diri saat ayahnya menikah lagi, Meirose berumur 12 tahun kala itu.
Pras terkenal sebagai sosok pria yang baik suka menolong. Ia yang tahan badan mengaku sebagai keluarga Mei waktu di rumah sakit. Saat membujuk Mei agar tak bunuh diri, Pras berjanji akan menikahi Mei. Mei tidak mau, saat mau meloncat, dengan sigap Pras meraih dengan cepat tangan Mei, ia selamat. Mereka kemudian menikah. Pras menyembunyikan pernikahan itu kepada Arini, istri pertamanya.
Sepandai pandai tupai melompat, kalau berpoligami akhirnya ketahuan juga. Si Mbok, sang pembantu di rumah mereka menemukan faktur pembelian obat untuk bayi di apotik atas nama Akbar. Arini terkejut dan mengecek alamat yang tertera pada faktur itu. Arini mencari alamat rumah itu, iya bertemu dengan Mierose, dua perempuan istri Pras itu saling beradu mulut. Sepulang Pras dari kantor, Arini sudah bersiap minggat dari rumah. Keributan terjadi tak terhindar, Pras berusaha menjelaskan. Arini tak mengubrisnya. Konflik batin penonton cukup kuat sekali terbangun di sini.
Keributan besar itu mereda, Arini akhirnya lunak mencoba ikhlas atas apa yang terjadi pada diri dan keluarnya. Suatu hari, Nadia anaknya tampil di panggul sekolah anak anak. Nadia ingin penampilannya ditonton oleh Ayah. Sebelumnya Pras tak bisa hadir ke sekolah karena Akbar demam di rumah, pasca imunisasi. Arini menelpon suaminya dan mendengar suara bayi yang menangis, hatinya hancur bukan kepalang. Dengan suasana hati yang hancur, itu mencoba bertanya atas gejala apa saja yang dialami oleh Akbar, bayi yang tak beruntung itu. Adegan itu membuat penonton memahami akan arti keikhlasan Arini menerima Mierose dan Akbar untuk jadi bagian keluarga Arini. Mereka kemudian hidup dalam satu rumah.
Sosok ibu Arini cukup berpengaruh dalam sikap Arini menerima dipoligami. Masalah tak juga selesai, Mierose kemudian merasa bersalah karena merebut kebahagian Arini. Ia lalu mingga dari rumah denga meninggalkan pesan dengan rekaman di teleponnya, meminta agar mereka menjaga Akbar. Sebelum Mierose merasa bersalah karena berada dalam kehidupan Pras, Arini dan Nadia. Suatu kali Meirose bertanya kepada Arini kenapa dia ikhlas menerima keluarganya dalam hidupnya. Arini berujar: �Hidup itu pilihan, dan ini adalah pilihanku�
Tragedi suatu malam saat Pras pulang ke rumah. Ia menolong seorang wanita yang ingin diperkosa oleh penjahat. Pras dihajar oleh pelaku itu hingga babak belur. Adegan lalu ke rumah sakit. Kedua wanita ini bertemu dan saling menguatkan. Meirose akhirnya minggat dari rumah dengan menitipkan sebuah rekaman video, isi video itu dia pergi dan berpesan untuk menjaga Akbar. Dia tidak ingin membebani keluarga itu lagi dengan hadir kepada hidupnya. Tetapi Arini dan Pras tidak menerima itu. Mereka berdua mencari Meirose. Ia tetap memilih pergi dan mengucapkan terimakasih banyak pada Pras dan Arini atas bantuannya selama ini.
Ending film ini yang tidak mengenakkan. Citra dari awal sebagai film islami jadi tercela pada adegan endingnya. Adegan Pras merangkul Arini adalah yang kurang tepat ditampilkan, toh diluar adegan mereka bukan sebagai suami istri. Terlepas dari itu, saya memandang ada pesan yang tersirat ingin disampaikan ke publik bahwa; poligami yang kebanyakan masih terjari pro-kontra di masyarakat, akan rumit kalau tiap tiap orang akan memahami diri masing masing ketika sudah mengalami poligami.
Film ini di sutradara oleh Kuntz Agus, Produser Manoj Punjabi, dengan Pemain utama Laudya Cynthia Bella, Fedi Nuril, Raline Shah,
Komentar
Posting Komentar