Nangkring SaatnyaNonTunai, Bandar Publising Wakafkan Buku Untuk Kompasiana
Kompasiana bekerjasama dengan Bank Indonesia(BI) menggelar kegiatan �Jelajah Non Tunai Bersama Bank Indonesia� sebagai bagian dari Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) dari BI. Acara nangkring itu berlangsung meriah dan seru di Aula BI Perwakilan Aceh, Sabtu (25/04/2015)
Kegiatan itu dihadiri oleh seratusan lebih kompasianer di Aceh. Acara dipandu dengan kocak oleh Iskandar Zulkarnen yang akrab disapa Isjet. Sang admin dari kompasiana. Tanah Aceh bagi Isjet tidak lah asing, ini yang kesekian kalinya ia menginjakkan kakinya di Banda Aceh. Pada tahun 2011, Kompasiana juga mengadakan acara Blogshop Kompasiana bersama Telkomsel di The Pade Hotel. Isjet hadir menjadi pemateri tentang perkembangan media sosial era sekarang ini.
Jelajah Non Tunai Bersama Bank Indonesia menghadirkan empat pemateri dari Jakarta. Menariknya hadir salah satu pemateri dari Bank Indonesia, Teuku Munandar. Pemuda yang juga kompasianer kelahiran Pagar Air Banda Aceh sekarang ini bekerja di staf salah satu deputi di BI Pusat.
Pemateri menjelaskan tentang betapa pentinya dimedia sekarang ini untuk melakukan transaksi non-tunai berupa kartu elektronik.
Sejak dicetuskan Gerakan Nasional Non Tunai pada tanggal 14 Agustus 2014 di Mangga Dua, Jakarta, Bank Indonesia terus melakukan sosialisasi penggunaan uang elektronik kepada masyarakat. Indonesia merupakan negara yang cukup tinggi dalam gunakan transaksi tunai jika saja dibandingkan dengan negara Asia yang lain.
Transaksi uang tunai sendiri mempunyai kelemahan misalnya susah dibawa, terus transaksi tidak tercatat pada sistem, lalu kalau kirim uang ke rekan, jadi lama waktunya. Contoh itu misalnya ada orang tua dari pedalaman, akan susah kirim uang ke anaknya di kota, tetapi dengan adanya kartu elektronik non tunai, maka tinggal mengirim sms saja. Lebih mudah.
Lalu manfaat dari penggunaan uang non tunai itu lebih mudah dan praktis, ada banyak pilihan jenis pembayarannya. tercatat dalam sistem transaksi, dan juga akan membantu pemerintah dalam perencanaan keuangat yang tepat atau akurat. Masyarakat tak perlu takut pada keamanan teknologi chip yang cukup aman pada kartu tersebut.
Lalu gimana kalau kita ingin dapatkan kartu elektronik non tunai tersebut? Mbak Susi dari Lembagay Keuanga Digital (LKD) menyebutan bahwa dari data BI, baru sekitar 36 persen orang Indonesia yang gunakan rekening bank. Dalam mendukung program ini, BI terus bersosialisasi kepada masyarakat dalam informasi tentang cara mendapatkan kartu elektronik non-tunai. Kita bebas memilih produk kartu tersebut dari berbagai bank konvensional yang sudah melakukan program e-kartu non tunai.
Dalam rangka memperingati Hari Buku Sedunia sebagai penjual buku keliling di Bandar Buku saya mewakili Penerbit Bandar Publishing memberikan paket buku kepada Pepih Nugraha [COO Kompasiana]. Wakaf Buku ini sebagai simbol atas deklarasinya Komunitas Kompasianer Aceh [KKA] dan sebagai cikal bakal berdirinya Pustaka Kompasiana dan dimulai dari Aceh, demikian kata Pepih Nugraha.
Bandar Buku pagi tadi bersama beberapa lembaga lain melakukan peluncuran Gerakan Wakaf Buku Untuk Aceh di Museum Aceh. Aceh sebagai daerah modal model, rujukan bagi Republik Indonesia dalam banyak hal. Jika tamu dari Pulau Jawa dan Pulau Lainnya datang ke Aceh diberi hadiah batu giok, kami menggantikannya dengan pemberian buku. Semalam saya juga dapat hadiah buku Ibu Pertiwi Memanggilmu Pulang, karya Pepih Nugraha. Teurimong gaseh yang cukup besar Bang, saya sangat beruntung sekali.
Kegiatan itu dihadiri oleh seratusan lebih kompasianer di Aceh. Acara dipandu dengan kocak oleh Iskandar Zulkarnen yang akrab disapa Isjet. Sang admin dari kompasiana. Tanah Aceh bagi Isjet tidak lah asing, ini yang kesekian kalinya ia menginjakkan kakinya di Banda Aceh. Pada tahun 2011, Kompasiana juga mengadakan acara Blogshop Kompasiana bersama Telkomsel di The Pade Hotel. Isjet hadir menjadi pemateri tentang perkembangan media sosial era sekarang ini.
Jelajah Non Tunai Bersama Bank Indonesia menghadirkan empat pemateri dari Jakarta. Menariknya hadir salah satu pemateri dari Bank Indonesia, Teuku Munandar. Pemuda yang juga kompasianer kelahiran Pagar Air Banda Aceh sekarang ini bekerja di staf salah satu deputi di BI Pusat.
Pemateri menjelaskan tentang betapa pentinya dimedia sekarang ini untuk melakukan transaksi non-tunai berupa kartu elektronik.
Sejak dicetuskan Gerakan Nasional Non Tunai pada tanggal 14 Agustus 2014 di Mangga Dua, Jakarta, Bank Indonesia terus melakukan sosialisasi penggunaan uang elektronik kepada masyarakat. Indonesia merupakan negara yang cukup tinggi dalam gunakan transaksi tunai jika saja dibandingkan dengan negara Asia yang lain.
Transaksi uang tunai sendiri mempunyai kelemahan misalnya susah dibawa, terus transaksi tidak tercatat pada sistem, lalu kalau kirim uang ke rekan, jadi lama waktunya. Contoh itu misalnya ada orang tua dari pedalaman, akan susah kirim uang ke anaknya di kota, tetapi dengan adanya kartu elektronik non tunai, maka tinggal mengirim sms saja. Lebih mudah.
Lalu manfaat dari penggunaan uang non tunai itu lebih mudah dan praktis, ada banyak pilihan jenis pembayarannya. tercatat dalam sistem transaksi, dan juga akan membantu pemerintah dalam perencanaan keuangat yang tepat atau akurat. Masyarakat tak perlu takut pada keamanan teknologi chip yang cukup aman pada kartu tersebut.
Lalu gimana kalau kita ingin dapatkan kartu elektronik non tunai tersebut? Mbak Susi dari Lembagay Keuanga Digital (LKD) menyebutan bahwa dari data BI, baru sekitar 36 persen orang Indonesia yang gunakan rekening bank. Dalam mendukung program ini, BI terus bersosialisasi kepada masyarakat dalam informasi tentang cara mendapatkan kartu elektronik non-tunai. Kita bebas memilih produk kartu tersebut dari berbagai bank konvensional yang sudah melakukan program e-kartu non tunai.
Dalam rangka memperingati Hari Buku Sedunia sebagai penjual buku keliling di Bandar Buku saya mewakili Penerbit Bandar Publishing memberikan paket buku kepada Pepih Nugraha [COO Kompasiana]. Wakaf Buku ini sebagai simbol atas deklarasinya Komunitas Kompasianer Aceh [KKA] dan sebagai cikal bakal berdirinya Pustaka Kompasiana dan dimulai dari Aceh, demikian kata Pepih Nugraha.
Bandar Buku pagi tadi bersama beberapa lembaga lain melakukan peluncuran Gerakan Wakaf Buku Untuk Aceh di Museum Aceh. Aceh sebagai daerah modal model, rujukan bagi Republik Indonesia dalam banyak hal. Jika tamu dari Pulau Jawa dan Pulau Lainnya datang ke Aceh diberi hadiah batu giok, kami menggantikannya dengan pemberian buku. Semalam saya juga dapat hadiah buku Ibu Pertiwi Memanggilmu Pulang, karya Pepih Nugraha. Teurimong gaseh yang cukup besar Bang, saya sangat beruntung sekali.
Komentar
Posting Komentar