Gubernur Tandingan Versus Ahok

Gubernur tandingan, Kakanda Fachrurrozi. | merdeka.com
Buah jatuh tidak jauh dari batangnya. Pepatah ini masih akan bertahan yang lebih lama di dunia ini. Setiap kasus seiring waktu, ada saja yang bisa dikaitkan dengan ini. Sejak para anggota DPR kita yang terhormat itu membentuk kubu DPR Tandingan, maka lembaga tandingan tandingan lain akan menyusul seiring dengan berbabgai bentuk perlawan dan ketidak sukaan kita pada satu hal.

Jika ada diantara kalian yang selingkuh dengan pacar, maka tidak heran kalau pacar kalian nantinya akan mencari pacar tandingan. Mereka juga tidak mau kalah dengan para anggota DPR kita yang begitu angkuh peduli rakyat tersebut. Bayangkan jika itu ada banyak orang melakukan hal yang sama dengan makna tandingan, para orang tua yang tidak suka pada anaknya atau suami yang tidak suka pada istri, maka akan mencari istri tandingan, ini [mungkin].

Lain hal dengan yang terjadi di pusat pemerintahan Indonesia, Jakarta. Sejak Basuki Tjahaja Purnama sah ditetapkan sebagai Gubernur DKI Jakarta menggantikan Jokowi yang terpilih sebagai Presiden RI, maka ada-ada saja tingkah laku para ormas yang menolak Ahok sebagai Gubernur DKI. Sebagai bagian dari kegiatan demokrasi tentu hal itu disahkan oleh aturan, selama tidak melanggar aturan hukum dan etika berdemokrasi. Alasan mereka bermacam-macam yang tidak masuk akal sehat bagi kita yang menggunakan akal sehat dari berbagai sudut pandang.

Walaupun ada banyak juga mendukung aksi menolak Ahok itu sebagai gubernur. Mereka dengan penuh semangat luarbiasa membikin gubernur tandingan sebagai pemimpin mereka di Jakarta. Lalu nama Haji Fahrurozi Ishaq yang dilantik sebagai Gubernur Tandingan DKI Jakarta beberapa waktu lalu jadi isu yang tak kalah menarik dari perebutan kekuasaan ketua Partai Golkar.


Bagi kami yang dari daerah lain selain Jakarta bakal iri dengan warga ibukota yang punya dua orang gubernur. Ini sebuah prestasi besar yang terjadi dalam demokrasi Indonesia akhir akhir ini. Kita percaya di tangan Kakanda Fahrurozi Ishaq ini Jakarta akan bebas dari banjir dan segala seluk beluk masalah warga dan tatanan kota, yang secara kelembagaan tidak bisa dilakukan oleh Gubernur Asli seperti Ahok.

Bayangkan lagi, negara akan hemat anggaran, sebab gubernur tandingan ini tidak digaji oleh negara, dia hadir sebagai bagian dari tanggung jawabnya selaku warga negera untuk melakukan kerja kerja tandingan yang tidak disentuh oleh Ahok.

Kita juga berharap, agar seluruh provinsi di Indonesia bakal banyak lagi gubernur tandingan untuk terus bekerja secara ikhlas tanpa mengharap dibayar gaji oleh negara. Sungguh Indonesia sangat butuh sekali orang orang seperti kanda Fahrulrozi Ishaq untuk membangun kesejahteraan warga negaranya secara ikhlas.

Lalu apakah gubernur tandingan ini bisa kita sebut sebagai gubernur palsu? Kalau kita sepakat dengan klaim itu, sungguh kenapa para polisi diam diri tidak menangkap itu orang? Asumsinya begini, jika memang selama ini ada uang palsu, para polisi/TNI palsu dan para palsu lainnya ditangkap oleh polisi, kenapa pada gubernur palsu ini tidak ditangkap? Jangan-jangan ini ada konspirasi tingkat tinggi untuk menjegal Ahok jadi gubernur. Konspirasi!

Eh dalam dua hari lalu juga, Ahok telah melantik istrinya Veronica sebagai ibu Ketua PKK Jakarta. Dalam twitternya, Ahok berharap tidak ada Ibu PKK tandingan yang bakal dilantik, sebagaimana telah adannya gubernur tandingan. Mari kita lihat, seberapa baik dan hebatnya gubernur Ahok dan Gubernur Hoax tersebut. []

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Brothers Karamazov, Fyodor Dostoyevsky

Nasi Kuning Paling Enak di Gorontalo

Rio Johan: Aku Ingin Melihat Sejauh Mana Aku Bisa Terus Menulis