Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2015

Jatuh Cinta di Joglosemar

Gambar
Jumat � Sabtu lalu (23 � 25 Januari 2015), saya dan penerbit GagasMedia main-main ke Jogja, Solo, dan Semarang untuk bertemu para pembaca, sekaligus memperkenalkan buku terbaru saya, kumpulan cerita Jatuh Cinta Adalah Cara Terbaik untuk Bunuh Diri. Kami memulai perjalanan dari Jogja, kota yang sebetulnya juga saya tinggali. Jadi, di kota ini saya hanya melakukan perjalanan dari kos ke toko buku. Di Jogja (23/1) saya menemui teman-teman pembaca di Gramedia Sudirman. Acara dimulai sedikit terlambat, namun berjalan lancar. Beberapa hari sebelumnya, saya mengobrol di RRI Pro 2 Yogyakarta, juga bercerita tentang buku terbaru saya. Hari kedua (24/1) saya dan kru GagasMedia beranjak ke kota kedua: Solo. Di Solo, kami menyambangi Radio PTPN Solo dan Gramedia Solo Square. Begitu tiba di lokasi, ternyata beberapa kursi sudah terisi. Acara berjalan menyenangkan karena saya mendapat pertanyaan-pertanyaan yang belum pernah saya terima. Dari Solo, malam hari kami langsung melanjutkan perjalanan ke k...

Jawa Pos, 25 Januari 2015

Gambar
Catatan pembacaan saya atas buku Aksara Amananunna Rio Johan dimuat di Jawa Pos edisi Minggu, 25 Januari 2015. Tulisan tersebut dapat dibaca dalam versi yang sedikit lebih panjang di sini .

Jawa Pos, Oktober 2014

Gambar
Tulisan ini dimuat di Jawa Pos beberapa bulan lalu, kalau tidak salah bulan Oktober 2014. Hanya saya baru ingat ternyata belum sempat dipajang di sini. Jadi, saya pajang saja. Ulasan saya atas novel Lelaki Harimau Eka Kurniawan dapat dibaca di sini dalam versi yang sedikit lebih panjang.

The Wind-Up Bird Chronicle, Haruki Murakami

Gambar
Ini adalah kali ketigabelas, saya membaca buku Murakami. Bukan perjalanan yang pendek dalam mengikuti rekam jejak karya seorang pengarang, setidaknya bagi saya sendiri. Saya menyukai Joanne Kathleen Rowling dan Pramoedya Ananta Toer, namun tidak/belum membaca habis seluruh buku mereka. Dari JKR, tujuh buku serial Harry Potter, tiga buku serial The Hogwarts Library, dan satu dari serial novel kriminal sudah saya baca, menyisakan The Silkworm yang sampai saat ini masih parkir rapi di rak buku di kamar saya. Dari Pram, saya baru menamatkan serial Tetralogi Buru dan dua novel pendeknya, Bukan Pasarmalam dan Gadis Pantai. Namun kedua penulis favorit saya itu masih �kalah jumlah� dari Murakami. Murakami adalah, bisa dibilang, penulis yang paling banyak saya baca bukunya. Bermula dari rasa girang saat membaca Dengarlah Nyanyian Angin, saya mulai mengoleksi dan membaca buku-buku Murakami yang lain. Novel, kumpulan cerpen, dan karya nonfiksinya. Semua karyanya berakar pada satu tema: solitude. ...