Istri Orang dan Komunikasi Tak Berlebihan

Saya sering kali tak berani mengobrol terlalu jauh pada teman wanita yang sudah berumah tangga. Tepatnya wanita yang jadi teman, kemudian dia menikah. Saya kerap menghindari berbicara terlalu canda sok dekat dan akrab. Maka tak perlu heran jika ada teman teman yang sudah jadi istri orang, saya memilih tak mengobrol lebih inten sewaktu dia masih gadis.

Ini mungkin bagian dari curhat ke blog, sebagai bagian dari kita untuk tau sikap dan karakter masing masing dalam berteman. Beberapa hari lalu ada teman saya, cewek. Sudah menikah. Ia menghubungi saya via pesan blackberry. saya menanggapi biasa saja, tak seperti ketika dia masih sebagai gadis, misalnya dalam hal bercanda dan melawak. Saya tidak ingin, tiba tiba saja isi pembicaraan itu diketahui oleh suaminya. Tipe suami bisa macam macam, takutnya nanti saya dikira mengganggu istri orang. Apalagi suaminya tidak kenal baik dengan saya.

Dalam berteman dengan wanita yang sudah bersuami, saya kerap menghindari hal hal terlalu jauh dalam berdiskusi. Saya mencoba menjaga hubungan itu tidak jadi persoalan kemudian harinya. Memang tidak bermaksud ganjil, tetapi lebih baik saya menghindari hal hal saling curiga. Pernah suatu ketika karena satu hal, seorang teman saya ingin telpon. Terlebih dahulu dia sms saya meminta atas kesedian waktu. Saya mengiyakan dengan terlebih dulu dia memberitahu kepada suaminya. Begitu saran saya.

Wanita yang sudah ambil posisi sebagai istri, mestinya menghindari berhubungan yang lebih jauh dengan laki laki. Saya tidak ingin nantinya dicap kurang ajar karena keterlaluan berhubungan/ komunikasi dengan istri orang, baik itu dalam hal isi bbm dan bicara.  Bisa salah paham ketika suaminya mengetahui. Jika sang suami mengenal dan saling kenal, hal ini tentu akan berbeda.

Saya pernah mendapat semacam teror dari suami si wanita yang teman saya. Padahal waktu itu saya hanya bertanya kabarnya dan kabar janinnya. Sang suami protes apa urusan saya untuk tanya hal begitu. Saya meminta maaf atas kelancangan, walaupun awalnya saya kira itu pertanyaan yang biasa saja. Mungkin suaminya tipe pria cemburu yang tidak ingin istrinya diganggu oleh pria lain.

Ada lagi yang hanya bertanya soal kuliah, via telpon juga. Saya mendengar suaminya marah marah memprotes sang istri sedang menelpon siapa. Saya trauma waktu itu. Padahal isi pembahasan kami soal kuliah dan saling bertanya kabar masing masing. Wah ada masih sang pria yang pencemburu begitu.

Nah kemarin yang beberapa waktu lalu itu, teman wanita saya mengajak berkomunikasi via bbm. saya menanggapi biasa saja, dulu memang pernah dekat dengan saya. Sang teman ini memprotes kenapa saya sudah berubah dalam hal bercanda. Saya awalnya tidak berterus terang kepadanya soal prinsip saya yang mencoba menjaga diri dalam hal komunikasi dengan teman wanita yang sudah berstatus sebagai istri.

Saya akhirnya terpaksa menjelaskan kepadanya, dengan sopan dan santun soal hal berteman. Bahkan saya juga tidak ingin memulai komunikasi duluan. Dalam media sosial juga demikian prinsip yang saya coba terapkan. Lagi lagi ini soal menjaga supaya tidak ada keganjilan dari sang suaminya. Betapa sang suami tentu akan cemburu, kalau istrinya kerap bercanda dan ngobrol keterlaluan dengan laki laki lain. Saya membayangkan bagaimana perasaannya akan tersakiti.

Ada juga seorang wanita yang telah lama pisah dengan suaminya, kami dulunya berteman sewaktu kuliah S1. Teman saya itu cerai hidup secara baik baik dengan suaminya. Tetapi saya tentu tidak mau akan dicap sebagai lajang pencuri hati para janda. Pernah dikirim pulsa, diajak makan malam. Saya menolak dengan baik-baik. Lagi saya tidak ingin tertuduh macam-macam. Hal begini memang sangat menguji. Entah karena saya yang terlalu raham dan sangat mudah berkomunikasi, jadinya dianggap yang wajar aja ketika diajak mengobrol. Ah, kalau ditulis disini ada yang lebih parah lagi. Tetapi saya mungkin belum khilaf saja. Mudah-mudahan ke depannya juga bisa terus menjaga soal ini.


Ruang perselingkuhan bisa terjadi karena adanya perhatian lebih dari orang yang dicintainya. Ada pria/wanita lain dari pasanganya yang memberi perhatian lebih. Ini sungguh berbahaya.  Saya pernah mendapat curahan hati seorang wanita karena kurang mendapat perhatian lebih dari suaminya. Dia padahal hanya menginginkan sang suami bisa mengucapkan 'terimakasih' selepas makan malam, makanan yang dia masak dengan lelah. Saya berpikir, hal seperti itu sangat sepele sekali. Hanya ingin diucapkan 'terimakasih' atas sesuatu perbuatan yang telah dilakukan oleh sang istrinya. Entah juga besok ya, kalau saya sudah berstatus 'suami' bisa melakukan hal remeh teman begini. Hahaha.

Saya jadi teringat dialog Dedi Mizwar di film Nagabonar, kepada anak lelakinya; "wanita itu ingin diperhatikan walau sebenang." Iya, wanita butuh perhatian lebih dari orang yang dicintainya. Dia butuh perhatian atas segala kerja keras di rumah tangganya, melayani suaminya. Maka para pria penting sekali untuk mengetahui dan paham soal ini [lah, macam saya sudah ada istri aja bro].  Makanya kenapa bahu pria dibikin lebih kuat, agar beban sang wanita bisa ditampung dibahu pria.

Untuk teman wanita yang pernah berteman dengan saya dan sudah menikah, saya sering mengabaikan curahan hati mereka. Menjaga komunikasi tidak berlebihan. Menaggapi hal hal yang penting saja. Biarlah itu kemudian dianggap sebagai diri saya yang sombong. Sebab akan tidak sopan jika pria lajang mengobrol terlalu jauh dan dalam, dengan wanita yang sudah berstatus sebagai istri. Ingat, perhatian lebih pada wanita bisa timbulkan rasa cinta. Tulisan ini sengaja saya posting, agar kita bisa saling paham dan mengerti karakter masing masing, saling menjaga perasaan orang yang kalian cintai. []

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Brothers Karamazov, Fyodor Dostoyevsky

Nasi Kuning Paling Enak di Gorontalo

Rio Johan: Aku Ingin Melihat Sejauh Mana Aku Bisa Terus Menulis