Dosa Kota, Dosa Kita.
Idrus Bin Harun, saat proses instalasi fadbook di Bivak. Poster FKK saya ambil dari page fesbuk Festival Kota Kita |
Dua Minggu sebelum acara Festival Kota Kita (FKK), saya mengetahui soal ini dari Idrus Bin Harun. Ia diminta oleh seorang penggagas acara itu, Tito namannya, -lulusan Magister Tata Wilayah Kota dari Australia- untuk membikin sebuah instalasi seni rupa. Instalasi itu untuk dipajang di Ruang Taman Hijau (RTH) Lambung, Meuraxa. Sebagai pendukung kegiatan FFK yang dilaksanakan sejak Sabtu-Minggu, 7-8 Mei 2016.
Idrus membikin instalasi yang diberi nama fadbook ini di markas Bivak Emperom, tempat kami biasa berkumpul dan berbicara tentang hal-hal hidup untuk menghilangkan suntuk. Saya tidak menemukan alasan yang pasti atas Idrus membikin instalasi berbentuk Huruf F, dengan identik font tulisan fesbuk ini karya Idrus Bin Harun yang didesain dan dikerjakan Idrus seminggu lebih di markas Bivak Emperom. Sendirian. Saat saya tanya kenapa dia membikin huruf F, Idrus tak menjawab pasti. Ada ilustrasi di badan huruf F itu. Duga saya kemudian, huruf F sebagai icon dari kata Festival; Kota Kita (FKK). Tapi Idrus tak mengiyakan. Seni rupa bisa ditafsir dari berbagai sudut.
Saya tetiba teringat judul album lagu; Dosa, Kota, Kenangan. Milik sebuah Band Indi asal Kota Surabaya, SILAMPUKAU. Lagu itu dengan lirik sang musisi menjelaskan soal kotanya. Di Aceh, ada Fuady Keulayu yang menyanyi lagu Jak Lom U Banda.
Semalam, saya kebetulan membaca status facebook salah seorang yang jadi inisiator penggagas acara yang melibatkan 60 lebih komunitas muda kreatif di Banda Aceh ini. Ini menulis;
"Kalau nanti di masa depan anak aku tanya: Hal apa yang paling berkesan buat Bapak di penghujung muda? Jawabannya adalah menjadi bagian dari acara kolaborasi warga Festival Kota Kita ini"
Itu status fesbuk saya baca diakun Asrul Sidiq, satu muda dari sekian muda lain penggagas FKK ini. Asrul lulusan Magister di Asian Institute of Technology, studi Lingkungan dan Sumber Daya. Kini ia mengajar di Universitas Syiah Kuala.
Ia salah satu penerima manfaat beasiswa dana pemerintah Aceh di bawah kelola LPSDM. Saya baru temukan ini satu dari ratusan mahasiswa/alumni LPSDM yang bertanggung jawab atas nasib kemajuan daerahnya, pasca dibiayai sekolah oleh pemerintah daerah, pulang dan berbagi/bergerak bersama warga kampung di sini. Yang lain, mungkin saya tidak tau dan tidak menemukan data alumni atas kerja kerja sukses mereka untuk Aceh dari ratusan milyaran anggaran yang telah dibiayai kepada mereka oleh pemda Aceh via APBA.
Kota ini bukan milik sekelompok elit yang haus kekuasaan untuk melanjutkan kuasanya. Tren kota dibangun oleh anak anak komunitas jadi menarik, seperti di Bandung. Pemerintah hanya memfasilitasi kerja kerja kreatif warga komunitas untuk berkarya. Tinggal hanya, bagaimana energi komunitas ini diarahkan pada hal hal yang kreatif untuk membangun kota. ada ratusan komunitas kreatif di sini, umumnya mereka masih muda dan bergairah berkarya.
Sore kami berkunjung ke RTH Lambung, Fuadi Keulayu akan berhikayat esoknya di pembukaan FKK ini |
Kota ini mesti beradab, jadi kota kenangan bagi yang singgah sementara. atau jadi kenangan puluhan tahun akan datang saat Asrul akan menjawab pertanyaan anaknya suatu hari kelak. Asrul itu sampai saat ini setau saya masih lajang mulia dan poduktif, ukhty-ukhty tebarkan kode keras merebut perhatian bagi abang dosen ini. piss, bro Asrul!
Tadi sore saya sempat berkunjung ke RTH Lambung, Meuraxa. Saya bertemu dengan banyak teman-teman muda kreatif mewakili dari berbagai komunitas. Selamat berfestival warga kota kita. Saya tau ada banyak kerja-kerja atas inisiatif sewaktu persiapan acara ini. Tentu kekuarang di sana sini hal biasa dan lazim tiap sebuah acara.
RTH Lambung, Lokasi FKK |
Banda Aceh mesti jadi kota kenangan bagi yang singgah sementara. Kota yang nyaman untuk orang orang yang hidup di kota ini. Mesti jadi kota yang beradab walau masih banyak dengan prilaku dosa para orang orang yang tidak perduli atas nasib kota ini.Semoga, jadi kota yang damai; kota milik semua, menjaga toleransi seperti warna warni pada gambar instalasi fadbook karya Idrus Bin Harun. Sebagaimana Idrus menulis disalah satu sudut instalasi itu.
"Banda Maya; Banda Maya adalah kota rekaan. Di sana, singgah bermacam budaya. Kita merayakannya dengan gempita. Hadir di sana tanpa bekal toleransi yang cukup. Bisa bisa terusir. Banda Maya selalu sejuk dan terang. Kebutuhan dasar warga terpenuhi selalu. karena kita cakap mengelola. Banda Maya dirindukan, didoakan dan tak jarang dikeluhkan. Dan FATBOOK ini mewadahnya. Mari Bahagia. Komunitas Kanot BU
[]
Malam Minggu, 7 Mei 2016. Warkop yang riuh, dan hal-hal lain
Komentar
Posting Komentar