Belajar Dari Walikota Bandung


tribunews.com

Kota Bandung yang berada di Provinsi Jawa Barat mengalami perkembangan yang cukup pesat sejak kota berjumlah penduduk 2 juta sekian jiwa itu dipimpin oleh seorang dosen arsitektur dari Institute Teknologi Bandung (ITB), M. Ridwan Kamil, ST., MUD. Kang Emil, sapaan akrab warga Kota Bandung ini lebih sering memilih bersepeda ke kantor Walikota, hal yang tidak lazim dilakukan oleh Bupati/Walikota di Republik Indonesia. Sejak 16 September 2013 ia dilantik sebagai Walikota Bandung bersama Wakilnya Oded M. Danial. Pasangan itu meraih 45 persen suara dari total 950 ribu lebih suara sah. Ridwan-Oden yang mengusung tema kampanye "Bandung Juara" itu menjadi Walikota Bandung periode 2013-2018, mereka diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera, Partai Gerindra dan beberapa partai non-parlemen.

Baru enam bulan Ridwan Kamil memimpin, tokoh muda ini cukup banyak terobosan program kreatif yang dilakukan untuk menjadikan Bandung Juara. Beberapa hal unik yang menarik perhatian saya dan ini menjadi catatan bagi para pemimpin daerah lainnya di Indonesia. Sebutlah program setiap hari Senin, siswa-siswa di Bandung mendapatkan pelayanan bus tanpa berbayar dari bus Damri Dinas Perhubungan Pemerintah Kota Bandung. Program itu disebut Senin Bus Gratis. Lalu setiap hari Selasa, warga Bandung diajak Selasa Tanpa Rokok.
Setiap hari Rabu tiba, seluruh warga Bandung khususnya para perangkat pemerintah (PNS) untuk berbahasa Sunda dan memakai penutup kepala blankon khas orang Sunda. Setiap Kamis, Ridwan tak ketinggalan ide kreatifnya untuk mengajak seluruh warga khususnya siswa Bandung untuk berbahasa Ingris dalam Program Kamis Inggris. Hari Jumat Ridwan membuat gagasan Jumat Bersepeda khususnya bagi PNS di Bandung, untuk menghemat anggaran pemerintah daerah dan mengurangi kemacetan.

Era teknologi informasi yang berkembang cukup pesat ini, Kang Emil mengintruksikan untuk seluruh dinas menggunakan akun microbloging twitter. Tujuannya untuk memudahkan dinas terkait dalam menampung aspirasi warga Bandung. Ridwan Kamil sendiri aktif melakukan tweet setiap hari dan membalas pertanyaan dari warga Bandung via akun twitter resminya @ridwankamil.

Siapa Kang Emil?

Ridwan Kamil (RK) lulusan Master Perencanaan Kota dari Universitas California Barkeley itu selalu punya ide-ide cemerlang nan sederhana. Setiap melakukan rapat dengan dinas-dinas, selalu diawali dengan pembacaan doa dan menyanyikan lagu-lagu kebangsaan. Sederhana penuh bermakna yang semestinya ditiru oleh perangkat daerah lainnya di Indonesia.

Menariknya sosok Ridwan Kamil ini, program dan ide-ide nyelenahnya bahkan sampai membikin Taman Jomblo bagi warga Bandung, dalam akun twitternya dia pernah bercanda kalau populasi jomblo paling banyak jumlahnya di Kota Bandung. Taman itu dilakukan peresmian dan menjadi perhatian media nasional. Lucu? Tentu saja tidak bagi orang-orang yang kreatif. Baru-baru ini, dia juga membuat aturan bagi hotel dan restoran di Bandung untuk bekerjasama dengan pengamen jalanan dan wajib mengajak mereka tampil di acara-acara resmi kegiatan hotel. Ini cara Ridwan Kamil dalam memberdayakan para seniman jalanan di Bandung.

Gebrakan Walikota Bandung itu patut menjadi contoh bagi kota-kota lainnya di Indonesia untuk amanah dan peduli pada warga kota. Bus-bus sekolah dicat dengan gambar-gambar hewan langka yang edukatif. Setiap Malam Minggu tiba, Ridwan Kamil kerap blusukan ke gang-gang kumuh warga miskin kota bersama mantan pacarnya (istri). Ia tak sungkan untuk makan bersama di rumah warga yang ia temui, berdialog bersama mereka, mengkaji setiap masalah dan mendengarkan keluhan warga untuk pembangunan Bandung yang lebih sejahtera. RK kerap melempar lelucon via twitternya untuk Malam Minggu: Mengapeli Warga Miskin.

Ia menolak menggunakan mobil dinas Camry dan memilih mobil kijang biasa untuk bepergian yang jauh, sedangkan ke kantor Walikota memilih bersepeda.

Sebulan yang lalu, Ridwan Kamil tak habis akal untuk melayani warga Bandung, khususnya bagi anak muda yang akan segera menikah. Dia mengumumkan via media dan akun twitternya kalau Pemkot Bandung menyediakan pendopo gratis bagi yang ingin melaksanakan resepsi pernikahan (pesta). Bagi yang ingin dapatkan fasilitas itu, diharuskan mendaftar terlebih dahulu, yang penting salah satu pengantinnya warga yang tinggal dan mempunyai KTP Kotamadya Bandung. Setiap bulan akan diundi, siapa yang beruntung mendapatkan tempat membuat acara dipendopo secara gratis. Tapi Ridwan Kamil menegaskan, ia hanya menyediakan gedung itu dipakai secara cuma-cuma, tetapi tidak menyediakan calon mempelai. Saya tersenyum ketika membaca isi twitternya yang bagian ini.

Lalu bagaimana dengan para Walikota dan Bupati di Aceh dengan 17 kabupaten dan 5 kota sejak dipimpin oleh para pemenang pemilu di daerahnya masing-masing? Amatan saya belum melihat ada Bupati/Walikota di Aceh yang melakukan sebuah terobosan kreatif yang benar benar menyentuh kepada kepentingan rakyat banyak. Kalaupun ada yang melakukan program Magrib Mengaji, itu sudah jadi terobosan yang cukup baik, walaupun orang yang menyuruh tersebut tidak mengaji setiap magrib.

Di Aceh, program yang menyentuh langsung bagi rakyat miskin kota dan desa belum berjalan maksimal adanya, hanya masih sebatas melanjutkan program pemerintahan �penguasa� sebelumnya? Kita ingin ada Bupati/Walikota yang bikin program kreatif yang menyentuh langsung pada kepentingan rakyat banyak. Membangun irigasi yang bagus dan sumur bor ketika kawasan persawahan didaerah itu mengalami kekeringan. Tidak perlu muluk-muluk. Tapi ya itu, mereka kerap beralasan tidak ada anggaran dan harus diusulkan tahun depan. Kalau untuk mereka korupsi, itu ada anggaran!?

9 April pemilu legislatif akan di gelar diseluruh Indonesia. Pemilu merupakan sebuah ajang pergantian pemimpin dan atau wakil rakyat. Harusnya bisa dijadikan ajang tarung program yang menyentuh langsung rakyat banyak. Bukan cuma janji semata dan kerap lupa ketika mereka terpilih nantinya.

Kita perlu menyontek dan mengambil inspirasi dari Ridwan Kamil dalam memimpin dan menggerakkan massa rakyat untuk terus merasa memiliki kalau pembangunan itu tidak cuma melulu sebatas pembangunan fisik semata. Pembangunan mental masyarakat dalam menjaga daerah dan kotanya untuk terus maju dan bergerak ke arah yang lebih adil dan sejahtera. Para pemimpin tidak ambisius memperkaya diri dan harus bergaya hidup sederhana, tanpa perlu menampakkan gaya hidup mewah dengan mobil mentereng didepan warga miskin. Selemah lemah iman, ya jadi pemimpin itu tidak mengambil yang bukan hak. Sederhana kan? Selamat memilih! [ Banda Aceh, 19/3/2014 | Muhadzdzier M. Salda]




Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Brothers Karamazov, Fyodor Dostoyevsky

Nasi Kuning Paling Enak di Gorontalo

Rio Johan: Aku Ingin Melihat Sejauh Mana Aku Bisa Terus Menulis