Hadiah Buku Cerpen KOMPAS 2011 dari Guntur Alam

ESSAI SASTRA | Foto buku Kumpulan Cerpen Kompas 2011 ini sengaja aku foto dengan menutupkan pada layar laptop. Tau kenapa? Itu karena aku sedang marah dan mengolok diri sendiri, sudah saatnya menutup halaman facebook dan menggantikannya dengan book (buku), sebagai kritik visual kepada diri sendiri yang asyik lalai dengan sosial media yang kadang kala lupa bahwa waktu membaca ngak ada lagi hingga selalu di habiskan di internet. Lupa menulis, adan asyik update status atau balas komen sana sini.
Oke. Aku cuma mau menulis soal catatan kumal ini sedikit banyak, sebagai sebuah penghargaan atas kiriman hadiah buku dari seorang Cerpenis Nasional, Guntur Alam.  Sebagai langkah awal Saya mengenal nama Guntur Alam karena memabca cerpen cerpennya yang di muat di media cetak nasional, kompas, tempo, suara merdeka dan lain lain. Saya kemudian coba search di kanal pencarain di facebook, berharap ingin jalin hubungan walau sekedar tanya soal proses kreatifnya dalam hal menulis. kita saling berkenal di facebook, hingga merambah ke twitter. Setiap Minggu pagi, saya selalu menunggu update informasi cerpen cerpen siapa saja yang dimuat di koran nasional dari akun facebook Bamby Cahyadi. Tiap Minggu, akun FB Bamby jadi semacam koran cerpen facebook, semua nama nama yang cerpennya di muat di koran seluruh Indonesia akan ada disana. Terimakasih kasih Bang Bamby atas sesuatu yang memukau itu. AKu juga kenal Guntur Alam dari status ini. 

buku Hadiah Kiriman Guntur Alam | foto sendiri

Siapa GUNTUR ALAM?
Guntur Alam pernah jadi Juara 2 Lomba Cipta Cerpen Pemuda Kementerian Pemuda dan Olah Raga RI 2011. Guntur Alam masih muda, sebagaimana biodata yang saya lihat pada halaman belakang buku Kumpulan Cerpen KOMPAS 2011 di tulis bahwa dia kelahiran Tanah Abang, Muara Enim, Sumatera Selatan, 20 November 1986. Dia lulus di Teknik Sipil Universitas Islam 45 Bekasi. Cerpen cerpennya di muat di Kompas, Jawa Pos, Republika, Suara Merdeka, Suara Pembaruan, Seputar Indonesia, Lmpung Post, Surabaya Post, Radar Surabaya, Jurnal Bogor, Tribun Jabar, Batam Pos, Sijori Pos, berita Pagi, Annida, Femina, Sabili, Ummi, Story, Ummi, Kartini, Cempaka, Nova, Noor dan masih banyak lagi. Untuk membaca cerpen cerpenya kalian bisa buka diwww.negerigunturalam.wordpress.com semua cerpennya yang dimuat di koran sudah di publis di sana. atau mengunjungi akun twitternya di @AlamGuntur. Yakinlah, dia bukan orang yang sombong, aku selalu berdiskusi dengannya dan selalu di jawab dengan ikhlas, tak ada kesan sombong sedikitpun. Maka kenapa ini penting ku tulis catatan untuk dia, karena ini sebagai penghargaan �balas dendam� aku karena betapa bangganya dihadiahkan sebuah buku dari seorang cerpenis nasional. dan kalian tau? kalau di Aceh hari ini, sepertinya cuma aku yang memiliki buku kumpulan cerpen Kompas 2011 ini. Hhahaa.

Guntur Alam juga merupakan satu diantar 15 penulis yang akan hadir pada Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) yang berlangsung di Bali pada 3-7 Oktober 2012 mendatang. Ada 15 penulis muda Indonesia yang lolos mengikuti seleksi yang dilakukan oleh Dewan Kurator UWRF. Para penulis muda tersebut akan diundang serta disponsori untuk menghadiri dan berbicara pada UWRF 2012 diBali nantinya. Dari Aceh juga hadir Bang Ayi Jufridar, Penulis Novel Putro Neng.
Tentu saja ada kebanggan tersendiri bisa kenal dan diskusi lanjut sama orang yang sudah menulis cerpen dan dimuat dikoran koran nasional. Terimakasih yang tak berhingga kepada Bro Guntur Alam. Aku senang bukan kepalang dapat hadiah buku, ngak ada kusangka awalnya dari sebuah candaan minta hadiah buku, lalu kamu benar benar mengirimkan kepada saya, semoga Allah merahmati umur dan memberi kesehatan kepada kita, suatu saat kita akan dipertemuakan. dan berharap banyak, buku ini akan menjadi inspirasi saya untuk tetap berkirim cerpen ke Kompas. []


Salam dari Banda Aceh, 11 Juli 2012
Muhadzdzier M. Salda
@azirmaop

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Brothers Karamazov, Fyodor Dostoyevsky

Nasi Kuning Paling Enak di Gorontalo

Rio Johan: Aku Ingin Melihat Sejauh Mana Aku Bisa Terus Menulis