PUISI PUISI PENGANTIN



Hari Nikah Herman RN di Mesjid Raya
Malam Pengantin Seorang Penyair
(ke hadapan  Herman RN)

Engkau kini telah menikah di Mesjid Raya
Pagi Jumat dua belas April dalam sebuah ikrar sakral
Di mesjid termegah di kota Banda
Engkau kini telah lepas masa-masa lajang
Dalam sebuah ikatan pernikahan
Orang bilang; menikah itu nasib, mencintai itu takdir!
Kau bisa menikahi siapa saja, tapi mencintai?
Belum tentu bisa!
Ada gejolak bathin yang kuat disana
Pagi itu, aku lihat raut wajah ceria hadir bersama senyummu
Tak ada yang lebih penting saat ini
Selain mengayuh bahtera cinta yang telah sah
Tak ada yang lebih penting selain saling mencinta
Seiya-sekata menyanyangi sampai tua
Tak ada yang lebih mistis dalam hidup bagi mantan lajang
Selain menikmati malam pengantin bagi seorang penyair
Selamat kawan, semoga bahagia dan sejahtera untuk kalian berdua
 Lamnyong, Jumat 12 April 201



Sepasang Kekasih

Lekuk tubuh remuk dalam badai
Goyang gontai tapak kaki alaskan kosong
Sepasang kekasih sedang bercumbu gelisah
Sandarkan tubuh pada tebing sisa hantam ombak
Ribut air dalam bayang angin angin tak berarah
Kaki kaki getar gerak gemuruh ombak ambing
Iring iring kapal melawan arus
Jauh jauh berlabuh kapal tanpa tapal
Tanpa tujuan tak berarah
Sepasang kekasih terus memadu kasih
Dalam bayang bayang wajah wajah ketakut takutan
Bujang perawan melepas rindu di tebing laut
Sekali kali seumur hidup tak hirau kicauan orang orang
Selepas itu otot otot mereka tegang lalu regang.

Ujong Pancu, 25 Januari 2012

 Muhadzdzier M. Salda: Pemuda Lajang, Calon Penyair Yang Tertunda, Mahasiswa Pascasarjana Unsyiah. Puisi-puisiya termaktub dalam buku antologi Tsunami Kopi 2010

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Brothers Karamazov, Fyodor Dostoyevsky

Nasi Kuning Paling Enak di Gorontalo

Rio Johan: Aku Ingin Melihat Sejauh Mana Aku Bisa Terus Menulis