Selamat Wisuda Kawan!




(Kupersembahkan cerita ini untuk teman teman terbaik se-dunia di Teknik Mesin 2002 Unsyiah sebagai hadiah atas Wisuda Sarjana Teknik sabtu, 14 November 2009, Untuk para Orang tua yang berjuang demi anak anaknya)

Siang itu sabtu 31 oktober 2009. Hari itu telat bangun karena malamnya aku tulis cerpen untuk dikirim ke KOMPAS. Dan lagi lagi tidak juga dimuat. Ini baru cerpen ke enam kalinya aku kirim.


Zikri, Oday, Aku Akhirnya Wisuda Juga pada 15 Mei 2010 di AAC Dayan Dawood | istimewa
Sekilas jam 11.30, seorang teman satu kuliah di Teknik Mesin mengirimkan pesan singkatnya ke hape. �lagi dimana, Pak Nek? Kita ke Dek Mi, ngopi.� Selesai mandi aku membalas pesan singkatnya dan mengiyakan akan segera meluncur kesana. Sekalian makan siang di Warkop Dek Mi Rukoh, sudah lama juga aku tidak makan nasi gurih pakai telur goreng sambal. Itu bukan kesukaan. Tapi karena ibu sering buat telur sambal.

Seperti biasa, sampai disana aku duduk sebentar, temanku itu datang tepat waktu. Sebut saja namanya Boy (bukan nama sebenarnya) aku memesan teh hangat, Boy memesan kopi seperti biasa. Kita memang sering duduk di dek mi berlama lama kadang melepas suntuk sambil ketawa ketiwi dalam menceritakan banyak hal. Paling sering persoalan kampus, sampai masalah cewek, dan lalu kerja dan kapan menikah nantinya. Ha haii..cerita yang aneh kadang.

Entah apa yang merasuki hati kami berdua siang itu. Hingga sampai bercerita pada masalah keluarga masing masing. Aku dan Boy, sama sama telah kehilangan satu orang tua. Boy adalah kawan satu leting di Teknik Mesin Unsyiah, kami angkatan 2002. dia akan wisuda pada tanggal 14 ini. Sedang aku masih saja melawan malas untuk meraih selembar kata pepatah sebagai bukti telah selesai sebagai seorang sarjana. Sarjana teknik. Yang dulunya diberi gelar Insyiur (Ir).

Dan bagi banyak orang orang didaerah kampungku, gelar Insyiur itu lebih terhormat dari bebrapa gelar lainya. Boleh kalian percaya boleh tidak. Jika seorang Insyiur melamar seorang anak gadis �orang kaya/terhormat di daerahnya�maka sangat mustahil di tolak. Ada sebuah kebanggan sendiri pada keluarga si gadis itu. � Nyan meulintee Toke Pulan Insyiur hai�, �si Dara nyan lakoe jih Insyiur, hayeu that� dan sebagainya. begitu kira kira taggapaan dan radio bergigi(kabar) beredar di tengeh masyarakat. Walau si Insyiur itu belum bekerja sekalipun. Tapi..itu dulllu..kan. sekarang, kan ST, sarjana teknik. Lagipula sudah banyak. Ka meusipreuk rata sagoe, karena �kampus toko� sudah menjamur..

Baiklah, kita bicara pada obrolan sampah kami tadi diwarkop. Bicara pada soal seberapa perjuangan orang tua kami dikampung, dan bagaimana mereka mencari dan mengirimkan uang untuk kami bisa hidup di Banda Aceh ini. Ada hal yang membuat aku sangat terharu siang itu dan kami sama sama menangis menitikkan air mata. Hehe..jangan tertawa teman, aku serius ini. Perlu juga rasanya saat saat seperti itu.

Mata Boy berkaca kaca, aku juga merasakan hal yang sama. Kalian bisa bayangkan, Boy yang ku kenal selama ini seorang yang ceria dan selalu tertawa hingga ia bisa membuat suasana kami jadi menangis. Sungguh ia menyelesaikan kuliah di Teknik hanya semata mata untuk orang tuanya. Aku berpikir semua orang tua akan bangga jika anaknya di wisuda, dan satu kata kata yang akan(mungkin) terucap dari mulut orang tua kita saat itu: �itu yang pakai baju toga, anak saya� . Ah, aku benar benar ingin mendengarkan kata kata itu dari ibu. Ada rasa senang ketika melihat ibu/bapak kita tersenyum bahagia kala diwisuda. Rasa rasanya, waktu tujuh tahun ia berjuang untuk biaya hidup kita seakan terobati. Lelah peluh keringatnya mengalir ketika bekerja seakan sangat berguna... dan betapa ia bangganya punya anak yang seperti itu. Ah, lagi lagi sungguh aku belum mewujudkannya. Tapi, aku akan meraih gelar itu ibu!

Lalu kemana setelah wisuda. Ini bukan perkara susah. Tinggal sekreatif kita mencarinya. Ingat, jangan dulu berharap dapat pekerjaan tetap. Tapi tetaplah bekerja. Ken nyoe meunan polem? Hehehe..

Tapi begitulah, harapan orang tua dikampung, semoga ini menjadi spiritku untuk menyelesaikan kuliah di Teknik. Aku masih ingat, komisaris leting kami Ayah Madi (kabar terakhir aku dengar dari Faisal Amir, Jumadi kecelakan di jambo tape, sekarang di Lhokseumawe. Di kampungnya) pernah mengirim pesan ke vesbukku begini; �Paknek, jika semangat itu hilang, kau pejamkan mata, lalu bayangkan ibumu di kampung� hanya itu pesannya dan sangat dalam sekali. hati siapa yang tidak terharu membaca pesan begitu. Dan lagi lagi aku sering lupa lupa ingat kata kata itu. Sial.

Kembali ke cerita si Boy tadi. pernah sekali waktu. ia bercerita, ia sedang habis uang. Sedang telah dua hari menahan lapar di kos. Maka ia pun berhutang pada seorang teman untuk ke wartel menelepon ayahnya di kampung. Saat itu ia belum pakai hape, sebelum tsunami. Memberitahukan kalau ia belum makan dan tidak ada lagi uang. Hati orang tua mana yanag tidak gundah mengetahui anaknya sedang lapar di rantau di Banda Aceh?

Setelah itu Boy, pulang kerumah dan membaringkan badannya ketempat tidur dengan perut perih kosong. Matanya lelah menahan lapar, hingga sulit memejamkan mata untuk bisa tertidur. Selang dua jam kemudian, suara klakson mobil L 300 mendengung keras dari luar rumah. Ia terjaga sambil mengusap matanya. Perutnya perih nian saat itu. Matanya terperangah melihat pemandangan di luar rumah kosnya. Seorang lelaki tua dengan wajah lesu keluar dari balik pintu mobil L 300. Boy, terkejut bukan kepalang. Bagaimana bisa ayahnya sampai di banda aceh begitu cepat. Mata Boy berkaca kaca menahan isak tangis. Ada rasa bersalah dalam dirinya kala itu. Boy menghampiri ayahnya, mengajak masuk kedalam rumah. Ayahnya menolak dengan halus dan mengatakan kalau ia harus segera balik ke kampung di karena harus bekerja lagi untuk membayar utang pada seorang di kampung di Sigli.

Setelah menyerahkan sejumlah uang, ayahnya masuk ke dalam mobil L 300. tanpa ada lagi basa basi. Tinggallah Boy yang menyesal berdiri di pinggir jalan. Ia bergegas masuk ke kamar rumah kosnya. Menangis sejadi jadinya kalau ia telah merasa bersalah besar pada ayahnya, hingga ayahnya mengantarkan uang ke tempat ia di banda aceh. Perut lapar perih sudah tak terasa, ia membayangkan bagaimana bisa dalam sekejab saja ayahnya sampai ke banda aceh mengantarkan uang untuk dia. Setelah kejadian itu, Boy tak pernah lagi memberitahukan ayahnya kalu ia sedang tidak ada lagi uang.
Siang itu aku mendengarkan dengan perasaan terharu sampai mata kami berkaca kaca. Boy juga sangat bersedih kala itu. Sesekali kami saling senyum haru. Aku merasakan juga bagaimana perjuangan seorang ayah untuk anak anaknya yang kuliah di banda aceh. Sedangkan aku disini masih saja asyik lalai dengan dunia warkop yang semakin tidak jelas arahnya.

Sekali kali kami saling terseyum sambil menghibur diri masing masing. Aku lalu teingat ibu yang sedang pergi ke sawah. Ingin sekali datang pada iBu dan meminta maaf karena belum juga selesai kuliah. (Ayah ku telah meninggal tahun 1999).

Ibu, saya akan meraih gelar itu!
Kami seakan bukan berada dalam suasana orang ramai di dekmi. Tak kami perdulikan. Aku menghibur Boy, dengan mengatakan, perjuangan ayahmu tidak akan sia sia. Sebentar lagi ayahmu akan datang ke banda aceh menghadiri wisuda mu. Kau telah membuat nya bangga Boy!
Bagaimana dengan ku? Apa yang si Boy ceritakan semoga menjadi semangat aku menyelesaikan kuliah. Aku memang tidak tiap bulan di kirimkan uang oleh Ibu. Kadang hanya di berikan saat ketika pulang kampung, ketika mau balik ke banda aceh. Setiap minggu aku biasa ke menerima subsidi dari dua orang kakak di Banda Aceh. Selebihnya kadang hidup bergantung dari organisasi dan beberapa kali mendapatkan honor menulis di koran. Itu tak seberapa. Sebelumnya pada awal awal kulaih dulu, uang jajan dan SPP bisa di subsisi dari uang beasiswa kampus. Sepandai pandai berhemat.

Sabtu nanti tanggal 14 November 2009, ada sekitaran 30 orang lebih kawan kawan se leting di teknik mesin yang akan wisuda. Termasuk Boy. Aku berpikir untuk tidak datang saja pada hari mereka wisuda nantiya. Tak tahan melihat teman teman se angkatan wisuda. Tapi Boy menyarankan aku untuk datang saja. Agar hatiku semakin semangat untuk menyelesaikan kuliah. Entahlah.

Selamat, Untuk kawan kawan teknik mesin 2002 yang akan di wisuda nantinya. Kuharap kalian tak melupakan kami yang 8 orang yang masih bergelut dengan TA di kampus Teknik. Untuk melawan segala rasa kemalasan yang ada. Untuk membendung tembok tembok malas yang semakin hari semakin beras rupanya. Untuk Boy, sekali lagi terimakasih telah berbagi cerita ini, semoga ada manfaat di balik semua ini. Teman teman Teknik Mesin 2002, kalian adalah orang orang yang lucu dan asyik berteman. Aku masih rindu akan saat saat kita masak gulai kambing di kampus dan di krueng Raya. Ha ha.. kiban pajan tajak sie kameng lom? Hehe,,


SELAMAT SUKSES ATAS WISUDA MAHASISWA TEKNIK MESIN UNSYIAH 2002, KITA ADALAH ORANG ORANG YANG AKAN SUKSES. SELAMAT BERPIKIR DAN MENEMPUH HIDUP BARU. PERSAHABATAN KITA SAMPAI JADI KAKEK KAKEK..HAHAHA.....

Kamar Kumuh, 12 November 2009 jam; 00.12
Segelas air putih dan sebatang rokok di atas meja.
Salam bahagia untuk kalian semua.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Brothers Karamazov, Fyodor Dostoyevsky

Nasi Kuning Paling Enak di Gorontalo

Rio Johan: Aku Ingin Melihat Sejauh Mana Aku Bisa Terus Menulis