Relawan Muda: Berbagi Buku Berbagi Ilmu

One Man One Book, satu orang satu buku. Ide ini muncul pada bulan Agustus 2011. Ketika itu, seorang Mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Husnul Khatimah Adnan memposting berita tentang sebuah Taman Bacaan Masyarakat (TPM) Tanyo di desa Lambirah-Sibreh Kabupaten Aceh Besar yang baru saja dia dirikan. Dia mengajak anak-anak di desanya untuk tidak melulu lalai dengan dunia mainan sewa rental play station (PS) yang sangat mengkhawatirkan. Husnul mendirikan TPM Tanyo bersama kawan kawan sebayanya di desa. Husnul seorang mahasiswa kreatif menurut saya, punya ide membikin sebuah tempat pendidikan mandiri bagi kreativitas anak-anak di desanya. Anak-anak desa Lambirah harus bisa belajar banyak tentang dunia, dengan membaca buku, tidak boleh candu dengan mainan rental PS yang cukup menguras uang jajan.


Relawan Muda Bersama Anak-Anak Desa Lambirah | foto pribadi

Saya yakin Husnul butuh dukungan orang-orang sekitarnya, tidak tidak mungkin bergerak sendiri. Saya tidak kenal Husnul sebelumnya, sebatas berteman di facebook saja. TPM Tanyo baru berdiri, niat Husnul untuk melalaikan anak anak di desanya dengan pendidikan kreatif melalui membaca buku harus didukung. Gedung tempat bermain anak anak itu sudah ada di balai pengajian desa, ditambah lagi dengan pemakaian dua ruangan bantuan sebuah NGO pasca tsunami, Husnul memberi sinyal di facebook tentang kebutuhan untuk mendirikan pustaka bagi anak anak. Saya tersentuh dengan kerja relawan Husnul itu. Dia harus dibantu, pikir saya. Jiwa sosial saya tumbuh. Saya kemudian menghubungi seorang teman di Forum Lingkar Pena (FLP) Aceh, Isni Wardaton yang mengenal Husnul. Isni teman Husnul di FLP Aceh dan satu kampus di UIN Ar-Ranirry.

Saya katakan sama Isni untuk tidak memberi tau ke Husnul dulu. Takut nanti tidak jadi. Kami kemudian buat acara penggalangan buku: One Man, One Book Untuk Lambirah, Satu Orang Satu Buku. Waktu itu bulan ramadhan, pasti akan sangat ramai orang yang mau menyumbang. Kami membuat posko di sekretariat FLP Aceh, menerima buku bacaan untuk kalangan anak-anak, dengan tema buku cerita inspiratif, cerita islami dan pengetahuan lainnya, baik itu buku bekas layak pakai maupun buku baru. Saya menggunakan akses berteman sama siapa saja.

Bermodal ilmu menulis berita seadanya, saya menulis pres rilis, mengirim ke berbagai media. Nomor kontak telepon genggam saya tertera, ramai sekali yang berniat membantu. Informasi kami sebarkan melalui sms. Kami memposting berita itu kemana saja di group facebook, banyak buku-buku sumbangan yang kami terima, ada yang kami jemput ke tempat penyumbang, ada yang diantar ke posko. Antusias yang membantu cukup ramai sekali. Ada yang dari Jakarta berniat mengirimkan uang untuk saya belikan buku, tapi tidak kami terima, karena saya tidak ada nomor rekening bank saat itu.

Teman-teman relawan lainnya dari FLP juga cukup banyak yang membantu kegiatan tersebut, saya yang menahkodai gerakan One Man One Book itu bersama Isni. Akhirnya, pada 9 Agustus 2011, sebanyak 15 orang relawan dari FLP dan Klub Kutubuku mengunjungi desa Lambirah, 30 KM dari pusat kota Banda Aceh. Kami datang menyerahkan buku sumbangan masyarakat yang berhasil kami kumpulkan, menggunakan mobil dari seorang relawan Klubkutubuku.

Selama 6 hari, kami berhasil mengumpulkan 314 judul buku bekas dan buku baru hasil sumbangan masyarakat. Buku buku itu beberapa ada yang tidak bisa kami sumbang ke TPM Tanyo, berhubung bukan buku untuk masa anak anak. Jumlah buku yang terkumpul juga diluar target. Kami awalnya berpikir ada terkumpul sebanyak 200 buku. Tapi ini lebih dari itu. Sewaktu sampai disana, kami diterima dengan ramah oleh Husnul dan perangkat desa setempat. Anak anak berwajah cerita tak henti hentinya membaca buku yang kami serahkan, hasil sumbangan masyarakat.

Saya sangat teringat kalimat yang keluar dari mulut Husnul, lebih kurangnya begini: �Lihat bang, anak anak itu senang sekali, sampai-sampai ada yang tidak tau membaca buku yang mana duluan,� Saya tersenyum, haru dan bangga dapat sedikit berbagi kepada anak anak desa Lambirah.

Pesan dari penyumbang buku kepada Anak-Anak TPM Tanyo Lambirah 

Ketika mereka menerima buku awalnya anak-anak Lambirah asyik melihat gambar dan bolak-balik halaman buku yang kami sumbangkan, bahagia rasanya melihat mereka. Bagi kami yang tinggal di kota mungkin buku bukanlah barang asing tapi tidak begitu bagi mereka yang tinggal di desa-desa.

Menjadi relawan muda modalnya cuma satu: keikhlasan! Kita bekerja, bergerak tanpa mengharapkan imbalan apa apa. Berniat membantu sesama ummat manusia. Apalagi dalam hal pendidikan, tak ada salahnya hal ini dapat kami laksanakan untuk tempat lainnya. Buku buku yang tidak lagi kita pakai, sudah sepantasnya disumbangkan kepada yang lebih berhak. Saya yakin sekali, sangat banyak buku-buku tak lagi kita pakai pada masa kecil dulu, sudah saatnya bergerak [sumber rilis media di ACEHKITACOM] 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Brothers Karamazov, Fyodor Dostoyevsky

Nasi Kuning Paling Enak di Gorontalo

Rio Johan: Aku Ingin Melihat Sejauh Mana Aku Bisa Terus Menulis