Anak Komunitas, Kalian Mau Apah!?

Sebagai yang muda, saya tentu menyambut positif hadirnya komunitas-komunitas anak muda dari berbagai latar belakang hobby dan kreativitas di Aceh. Mereka bergerak pada sebuah kesadaran untuk membangun negeri tempat mereka berada demi tanggung jawab sebagai anak bangsa. 
Penting juga sudah banyak para pemuda tanggung yang peduli kekurangan dilingkungannya akan gejala alam supaya bisa seimbang dan saling tolong menolong sesama. Mereka bergerak jadi relawan untuk menyadarkan orang lain, ya semisal mereka tidak ikut mengutuk pada nasib bangsa yang sudah buruh begini rupa.

gambar orang dari google | istimewa
Disini saya tidak menyebutkan nama nama komunitas, kalian bisa tau dan cari sendiri, ada banyak komunitas anak muda inspiratif yang bergerak atas nama hobby yang positif. Ada juga sih memang komunitas anak muda yang bergerak diluar hal yang positif. 

Komunitas merupakan kelompok sosial dari berbagai kalangan individu yang punya hoby sama, bergabung dalam sebuah wadah dan menamakan komunitas mereka. Tujuannya bisa macam-macam, sesuai dengan kesepakatan masing masing diantara mereka sesama. 


Ukuran kalimat klise yang cukup lazim terdengar di telinga kita; "jangan mengutuk gelap, mari nyalakan lilin." Sebagian saya sepakat dengan kalimat ini. Mari kita lihat, adakah diantara kalian disini yang punya 'korek api' atau alat sejenis yang bisa kita gunakan untuk menyalakan lilin itu!?

Tetapi saya melihat, hadirnya komunitas anak muda yang peduli tentang pembangunan masyarakat cuma ada dikota-kota besar. Mereka kaum muda urban kota yang tumbuh dalam suasana serba ada. Jarang sekali anak muda ini yang kualitas hidupnya serba kurang. Tentu saja ada anak muda yang hidupnya serba kurang, masih mau peduli pada sesama orang lain. Bisa jadi mereka awalnya ikut karena diajak oleh teman sebaya. terinspirasi dari berbagai informasi kisah kisah para relawan dimedia elektronik dan atau talkshow program televisi. 

Lalu apakah anak muda kampung melakukan hal yang sama? Saya melihatnya iya. Tetapi dalam pola dan kegiatan yang berbeda. Para pemuda desa yang bergerak dalam komunitas tidak bernama. Mereka kerap jadi genk-genk kecil antar teman sebaya yang melakukan hal-hal yang membantu untuk pengembangan masyarakat. Umumnya akan terjadi komunitas ketika ada isu bersama yang sedang mereka perjuangkan. Olahraga bola kaki misalnya, mereka akan bergerak bersama untuk mengusung kekuatan ketika ada tanding bola kaki antar desa. Mencari sumbangan dari orang kaya untuk biaya pendaftaran. Mereka tentu lebih memilih membawa nama kampung sendiri. Jarang sekali kita bisa menemukan ada komunitas para pemuda di desa.

Komunitas itu tumbuh dikota besar yang terdiri kelompok kelompok anak muda tanggung. Umumnya berumur antara 20-30 tahun. Mereka bergerak atas nama hoby yang sama; komunitas sepeda, motor, hewan peliharaan, sastra, penulis, hijaber, modeling, teater, sanggar tari, komunitas pecinta lingkungan dan lain sebagainya. 

Kesadaran itu tumbuh dalam diri mereka, sebab ada hal yang patut harus mereka perjuangkan, saling sharing ilmu dan sebagai ajang untuk saling silaturahmi. Terlepas dari urusan mereka mencari pacar dikomunitas. Tetapi saya tidak tau juga, apakah anak muda yang bergabung dalam komunitas itu berbenah pada diri sendiri untuk jadi pemuda yang beretika, bermoral, santun dan punya akhlak yang baik dijalan raya, atau setidaknya mereka tidak kencing sembarangan tempat. 

Saya tidak tau, apakah para komunitas ini sudah melakukan hal-hal yang sepele ketika mereka tidak bersama komunitas mereka. Adakah komunitas pecinta lingkungan yang menjaga supaya tidak membuang puntung rokok sembarang, menyiram WC sehabis mereka berak/kencing dengan bersih. Tidak mengebut motor dijalanan dan tidak menerobos lampu merah. Mendahului para pejalan kaki ketika sedang menyeberang jalan. 

Komunitas sebagai tempat berkumpul dan belajar, sepatutnya jadi belajar untuk pengembangan diri jadi pemuda yang berakhlak dan bermoral. Tidak kerap kemudian jadi pemuda yang dengan sengaja salah mengambil sandal di mesjid. Orang orang yang bergabung dalam komunitas harus bisa jadi manusia yang berakhlakul karimah. Jadilah pribadi yang jadi inspirasi untuk orang lain. Setidaknya kalian tidak jadi penipu. Kalau memang tidak bisa membantu, minimal tidak ikut nyusahin. 

Jika bisa digerakkan, komunitas anak muda ini cukup luar biasa. Pemerintah perlu merespon positif dan terus mendukung setiap kegiatan anak muda bergerak ke arah yang positif. Mari bergandeng tangan, membangun negeri atas rasa tanggung jawab sebagai anak bangsa. Terjunlah dalam dunia komunitas hobby apapun yang kalian mau. Peran komunitas dalam pembangunan cukup penting. Negara ini memang sudah banyak hancur disegala lini, janganlah tangan tangan kita yang ikut menghancurkannya. Mari sama sama kita perbaiki. Cocok!? sumber tulisan di suarakomunikasi.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Brothers Karamazov, Fyodor Dostoyevsky

Nasi Kuning Paling Enak di Gorontalo

Rio Johan: Aku Ingin Melihat Sejauh Mana Aku Bisa Terus Menulis