Warung Kopi atau Warung WiFi?
Anda seorang penikmat kopi? Rasanya belum lengkap jika Anda belum menyeruput nikmatnya racikan kopi saring Aceh. Bicara soal Aceh, tentu saja tidak luput membicarakan citarasa kopi yang di seduh dalam gelas khas berbentuk kerucut di Aceh. Cara yang paling umum kita temukan di warung-warung kopi Aceh adalah dengan cara kopinya yang disaring.
Kopi Aceh pada umumnya berjenis arabika, biji kopi pada saat digonseng ditambahkan mantega sebagai pemanis untuk menambah kenikmatan rasa. Ada juga yang mengatakan kenikmatan citarasa kopi Aceh karena ada racikan 'ramuan khusus' yang dicampurkan pada saat kopi digoreng (gonseng). Ramuan khusus itu disebut-sebut sebagai biji ganja. Benarkah kopi Aceh nikmat karena ada 'ramuan khusus' itu?
suasana pengunjung disalah satu warung kopi di Banda Aceh |
Jika Anda pertama kali berkunjung ke Aceh, tidak perlu heran melihat pemandangan sepanjang daerah Aceh akan kita temui warung kopi sederhana bergaya corak ekonomis masyarakat kampung. Orang Aceh memang identik dengan kebiasaan minum kopi yang tidak diseduh dirumah, mereka lebih memilih warung kopi sambil bertemu dan berbicara banyak hal disini. Pengunjung warung kopi tidak membedakan strata tingkat profesi, jabatan, pangkat/golongan. Semua berbaur antara rakyat dan pejabat disini, tak ada beda kasta. Ini menarik.
Kopi Aceh terkenal dengan kopi saring. Seorang peracik kopi akan memegang dua buah gayung saring dengan tangan kanan dan kirinya secara bergantian, gayung itu diangkat setinggi-tinggi mungkin sebelum diseduh ke dalam gelas. Penyajian dalam gelas juga khas Aceh, yaitu gelas berbentuk kerucut. Kopi Aceh umumnya tidak terlalu manis, sehingga terasa sangat pas ketika penikmat kopi dipadukan dengan penganan Aceh yang manis.
Kopi Aceh terkenal dengan kopi saring. Seorang peracik kopi akan memegang dua buah gayung saring dengan tangan kanan dan kirinya secara bergantian, gayung itu diangkat setinggi-tinggi mungkin sebelum diseduh ke dalam gelas. Penyajian dalam gelas juga khas Aceh, yaitu gelas berbentuk kerucut. Kopi Aceh umumnya tidak terlalu manis, sehingga terasa sangat pas ketika penikmat kopi dipadukan dengan penganan Aceh yang manis.
Penganan (kue) khas Aceh berjenis macam-macam: timphan, puloet, sarikaya, roti selai, buleukat umumnya akan Anda temukan di warung kopi. Juga ada disediakan rak-rak dikaki lima warung tersebut, dengan berbagai jenis makanan yang dijual: Mie Aceh, Martabak, Rak Nasi Goreng/Gurih/Nasi Kuning dan berbagai jenis makanan lainnya.
Jangan membayangkan tempat warung kopi di Aceh seperti starbucks, coffee bean atau tempat minum kopi kelas elit. Warung kopi di Aceh umumnnya berbentuk warung sederhana dengan kursi dan meja yang diatur sedemikian rupa berjejer luas. Pengunjung bebas mengobrol apa saja diwarung kopi ini. Suasana riuh gemuruh suara orang saling berbalas kata canda dan tawa dibarengi dengan diskusi berbagai isu yang terjadi dalam masyarakat. Ada juga yang menjadikan warung kopi sebagai tempat rapat, tempat interaksi bisnis; bisnis jahat tentunya juga berperan disini. Warung kopi jadi sebuah tempat yang bisa dikunjungi oleh siapa saja tanpa pandang status kaya-miskin.
Itu gambaran kondisi umum warung kopi di Aceh. Pasca gempa disusul amuk air laut pada 26 Desember 2004, perkembangan warung kopi di Aceh mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Warung kopi tumbuh sepanjang jalan-jalan utama di Banda Aceh. Pada masa rehab-rekon Aceh kala itu, banyak pekerja dari Non-Goverment Organization (NGO), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang konsen dalam berbagai aktivitas pemulihan Aceh pasca bencana alam gempa dan tsunami.
Mereka pekerja dari luar daerah atau luar negeri, tentu saja orang orang lokal juga dilibatkan kerja di NGO/LSM itu. Inilah masa-masa transisi warung kopi Aceh berubah menjadi warung kopi yang modern dengan tetap khas identitas sebagai warung kopi Aceh. Tapi satu hal yang menjadi penting ketika warung kopi modern ini hadir; warung kopi dengan fasilitas WiFi.
Itu gambaran kondisi umum warung kopi di Aceh. Pasca gempa disusul amuk air laut pada 26 Desember 2004, perkembangan warung kopi di Aceh mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Warung kopi tumbuh sepanjang jalan-jalan utama di Banda Aceh. Pada masa rehab-rekon Aceh kala itu, banyak pekerja dari Non-Goverment Organization (NGO), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang konsen dalam berbagai aktivitas pemulihan Aceh pasca bencana alam gempa dan tsunami.
suasana minum kopi disalah satu warkop | koleksi pribadi |
Mereka pekerja dari luar daerah atau luar negeri, tentu saja orang orang lokal juga dilibatkan kerja di NGO/LSM itu. Inilah masa-masa transisi warung kopi Aceh berubah menjadi warung kopi yang modern dengan tetap khas identitas sebagai warung kopi Aceh. Tapi satu hal yang menjadi penting ketika warung kopi modern ini hadir; warung kopi dengan fasilitas WiFi.
Pengunjung diwarung kopi berwifi bebas membuka laptop atau smartphone dengan memesan segelas kopi, atau jenis minuman lainnya. Pengunjung cuma membayar harga kopinya atau makanan yang dimakan saja. Bagaimana dengan biaya WiFi? Tentu saja gratis! Bagi anda yang memang terbiasa dengan memakai jasa internet, tentu akan memudahkan berbagai kesempatan mengakses internet gratis. Bawa laptop, lalu akses internet sepuasnya sambil duduk santai sambil menikmati segelas kopi.
Hampir seluruh warung kopi di Banda Aceh menyediakan WiFi untuk memanjakan pengunjungnya agar bisa akses internet. Bagi Anda yang baru datang ke Banda Aceh tidak perlu heran ketika melihat orang-orang membuka layar laptop sambil menikmati kopi. Mereka melakukan kegiatan akses dunia internet, browsing, chating, main game online dan sebagainya.
WiFi disediakan oleh pemilik warung kopi secara gratis bagi pengunjungnya. Anda tinggal meminta password dari pelayan warkop. Sebuah modem akses internet dipasang ditempat yang strategis. Untuk koneksi ke WiFi tidak perlu khawatir, karena akses WiFi tanpa dipungut biaya. Ohya, tidak semua pengunjung yang nongkrong diwarung kopi menggunakan internet. Ada juga yang asyik ngobrol dengan sesama temannya tentang berbagai hal apa saja.
Inilah unggulannya warung kopi di Banda Aceh, bahkan beberapa waktu lalu Banda Aceh sebagai ibukota Provinsi Aceh juga telah melaksanakan Aceh Food and Coffee Festival (AFCF) 2013 yang berlangsung dari tanggal 31 oktober-4 November 2013 di Taman Sari. Festival tersebut juga merupakan ajang promosi segala jenis produk dan kopi di Banda Aceh yang diikuti oleh berbagai kalangan pengusaha, petani, yang menghadirkan berbagai warung kopi yang ada di Banda Aceh dan pengusaha kopi dari luar Banda Aceh.
Kala itu, saya sempat bertanya kepada seorang pengusaha gonsen kopi yang membuka stand disana. Apa benar kopi Aceh nikmat karena ada 'ramuan khusus?' Dia kemudian tersenyum sambil menjawab: "Ya, tapi cuma sedikit, sebagai 'pemanis' saja." Ujarnya sambil tersenyum. Ia juga menyebutkan, tergantung pada merk kopi dari masing-masing pengusaha gonseng kopi. Ada yang tidak memakai sama sekali.
Tertarik dengan tradisi minum kopi di Aceh? Tidak sah sepertinya jika Anda mengunjungi Aceh tidak minum kopi Aceh. Jak Lom U Aceh! []
Hampir seluruh warung kopi di Banda Aceh menyediakan WiFi untuk memanjakan pengunjungnya agar bisa akses internet. Bagi Anda yang baru datang ke Banda Aceh tidak perlu heran ketika melihat orang-orang membuka layar laptop sambil menikmati kopi. Mereka melakukan kegiatan akses dunia internet, browsing, chating, main game online dan sebagainya.
WiFi disediakan oleh pemilik warung kopi secara gratis bagi pengunjungnya. Anda tinggal meminta password dari pelayan warkop. Sebuah modem akses internet dipasang ditempat yang strategis. Untuk koneksi ke WiFi tidak perlu khawatir, karena akses WiFi tanpa dipungut biaya. Ohya, tidak semua pengunjung yang nongkrong diwarung kopi menggunakan internet. Ada juga yang asyik ngobrol dengan sesama temannya tentang berbagai hal apa saja.
Inilah unggulannya warung kopi di Banda Aceh, bahkan beberapa waktu lalu Banda Aceh sebagai ibukota Provinsi Aceh juga telah melaksanakan Aceh Food and Coffee Festival (AFCF) 2013 yang berlangsung dari tanggal 31 oktober-4 November 2013 di Taman Sari. Festival tersebut juga merupakan ajang promosi segala jenis produk dan kopi di Banda Aceh yang diikuti oleh berbagai kalangan pengusaha, petani, yang menghadirkan berbagai warung kopi yang ada di Banda Aceh dan pengusaha kopi dari luar Banda Aceh.
Kala itu, saya sempat bertanya kepada seorang pengusaha gonsen kopi yang membuka stand disana. Apa benar kopi Aceh nikmat karena ada 'ramuan khusus?' Dia kemudian tersenyum sambil menjawab: "Ya, tapi cuma sedikit, sebagai 'pemanis' saja." Ujarnya sambil tersenyum. Ia juga menyebutkan, tergantung pada merk kopi dari masing-masing pengusaha gonseng kopi. Ada yang tidak memakai sama sekali.
Tertarik dengan tradisi minum kopi di Aceh? Tidak sah sepertinya jika Anda mengunjungi Aceh tidak minum kopi Aceh. Jak Lom U Aceh! []
Komentar
Posting Komentar