kepada diriku 25 tahun yang lalu


Yogyakarta, 11 Juli 2014
6:22 WIB



/1/

Hai,

Sebelum aku berkata apa-apa, aku akan memberitahumu bahwa surat ini akan kau tulis 25 tahun lagi, dan seharusnya kau tulis tepat ketika kau menginjak usiamu yang baru, seperempat abad. Namun, kau tidak bisa melakukannya karena pada malam pergantian itu kau sedang menghabiskan waktumu dengan seseorang yang lebih membahagiakan dan hal-hal yang lebih menyenangkan bagimu ketimbang menulis sebuah surat. Keesokan harinya, kau pergi ke rumah sakit dan tidur seharian di kamar. Maka, pada pagi hari, berselang dua tanggal setelah ulang tahunmu, barulah kau sempat menulis surat ini. Surat yang kau tulis untuk dirimu sendiri.

Berita bahagia pertama yang ingin kusampaikan dalam surat ini adalah, kau akan sampai pada usia 25. Itu kabar bagus, karena setidaknya kau tahu kau punya waktu 25 tahun untuk melakukan hal-hal yang kau inginkan. Apakah kau akan sampai pada usia ke-26? Aku tidak tahu, karena aku belum melewatinya. Tapi kau harus bersyukur dengan kabar ini.

Banyak peristiwa besar yang menyertai ulang tahunmu kali ini. Peristiwa itu terjadi di macam-macam tempat: di negaramu, di negara saudaramu, dan di dirimu sendiri.

Di negaramu, pada tanggal yang sama dengan ulang tahunmu yang ke-25, sedang terjadi sebuah peristiwa penting. Negaramu akan memiliki pemimpin yang baru. Semua orang menyampaikan dua hal: harapan dan ketakutan. Begitu kentara dua hal itu terlihat, setidaknya dari apa yang kau saksikan di dunia maya dan di pertemuanmu dengan beberapa teman atau kenalan.

(Ayahmu akan mengirimimu pesan singkat yang mendoakan keselamatan dan perlindunganmu dan ia menambahkan doa semoga kelak kau yang memimpin bangsa ini. Kau tidak pernah memiliki ambisi untuk menjadi presiden tapi kau tersenyum saja membaca pesan itu.)

Di negara saudaramu, hujan roket menghiasi langit dan kota, ledakan di mana-mana. Saudara-saudaramu bersimbah darah, terkapar di jalan-jalan. Perang itu tak usai-usainya. Tidak ada yang bisa kau lakukan untuk ini, selain berdoa demi keselamatan mereka yang teraniaya dan tak cukup berdaya untuk membalas.

Di dirimu sendiri, peristiwa besar itu mungkin luput kau lihat, tapi aku akan memberitahumu. Kau telah mengambil keputusan-keputusan besar. Itu bagus. Kau akhirnya bekerja untuk orang lain, sesuatu yang sebelumnya sangat kau hindari, karena kau merasa dirimu bukanlah orang yang cocok menerima perintah. Hal baiknya adalah, kau menemukan rekan kerja yang baik dan dapat membuatmu percaya.

Tapi tahukah kau apa peristiwa yang lebih besar dari itu? Kau memutuskan untuk mencintai seseorang lagi.


/2/

Jika ada satu hal yang kusuka darimu, itu adalah ketidaktakutanmu pada kegagalan. Kau tidak takut gagal. Namun, saat kau akhirnya terlahir ke dunia, kau sadar bahwa kau memiliki satu ketakutan. Kau takut tidak berbuat yang terbaik.

Maka, berita bahagia kedua yang ingin kusampaikan padamu adalah, kau akan tumbuh menjadi seseorang yang selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik. Saat kau ingin mengerjakan sesuatu, maka kau akan mengerahkan seluruh kemampuanmu untuk itu. Kau tidak peduli akan jadi bagaimana hasilnya, namun kau tahu, kau tidak boleh memberikan hatimu setengah-setengah pada apapun yang sedang kau kerjakan.

Kau harus bersyukur punya orang tua yang sangat demokratis. Ayah dan ibumu (kau akan memanggil mereka dengan sebutan papa dan mama) tidak pernah melarangmu untuk melakukan hal-hal yang kau inginkan, tempat-tempat yang ingin kau datangi. Mereka hanya berkata kepadamu, jika kau yakin dengan apa yang kau pilih, maka jalanilah. Mereka memberikanmu kebebasan. Dan, kau pasti tahu, di semua tempat di dunia ini, kebebasan adalah anugerah.

Kau memiliki banyak keinginan, namun sepertinya yang paling kuat adalah kau ingin bisa menulis. Kau ingin menjadi penulis. Aku tidak akan mengatakan kepadamu apakah di usiamu yang seperempat abad ini kau sudah mencapai cita-citamu itu atau belum, karena sungguh aku sendiri pun belum tahu. Tapi yang jelas, kau akan menulis, dan kabar baiknya adalah kau masih menulis hingga saat ini (tentu saja surat ini adalah sebuah bukti).

Kabar baik lain dan yang kukira paling utama adalah, kau akan mencintai seseorang. Kau sudah mengalami patah hati beberapa kali, namun kau tidak pernah menyerah pada cinta. Kau tahu ketika seseorang memutuskan untuk mencintai, maka terluka adalah konsekuensi wajar yang harus diterima. Kau memahami itu. Kau tahu kau akan terluka, karena mustahil mencintai tanpa terluka. Dan setelah luka demi luka yang kau alami, kau tetap memilih untuk mencintai, karena kau tahu itu baik bagimu dan kau berharap itu juga baik bagi orang yang kau cintai.

(Perempuan itu memiliki inisial huruf ketujuh, angka bulan kelahiranmu. Ia akan memberikanmu kejutan dengan hadir secara tiba-tiba di kota tempat kau tinggal dan bekerja, sehari sebelum ulang tahunmu yang ke-25. Ia berkulit putih, berambut sebahu, mengenakan kacamata, dan sama sepertimu, ia suka membaca buku. Ia adalah orang yang kusebut pada paragraf pertama surat ini, yang menemanimu melewati malam pergantian dan kau belum pernah melewati malam pergantian bersama seseorang yang kau cintai. Maka, ia istimewa. Dan ia tersenyum saat kau berkata kepadanya bahwa ia istimewa.)


/3/

Aku tidak ingin memberikanmu kabar buruk karena memang sejauh yang kurasakan dan kualami, tidak ada kabar buruk dalam hidupmu. Belum pernah ada dan tidak akan pernah ada. Kabar buruk adalah kabar baik yang belum kita pahami maksudnya. Maka, kau akan lebih memilih untuk memberi waktu yang cukup bagi hal-hal kurang menyenangkan yang kau dapatkan dan mencoba untuk memahami apa kabar baik di balik peristiwa itu. Untungnya, meski kau tidak selalu menemukannya, kau tetap percaya bahwa setiap kejadian yang berlangsung di hidupmu pasti memiliki manfaat.

Jika dalam surat ini aku boleh memberikan beberapa pesan bagimu, aku akan mengatakan bahwa kau sudah melakukan yang terbaik dan akan selalu melakukan yang terbaik. Kau sudah memiliki yang terbaik. Ayahmu, ibumu, adik-adikmu (pada usia kedelapan, adikmu laki-laki yang paling bungsu akan mendahuluimu untuk naik ke surga, jangan bersedih karena ia pergi dengan senyuman), sahabat-sahabatmu, teman-temanmu, kekasihmu, semua adalah yang terbaik bagimu. Kau tidak perlu berharap mendapatkan yang lain dari apa yang sudah kau dapatkan. Kau mesti bersyukur.

Jangan cemas. Kau sering memenuhi kepalamu dengan kecemasan-kecemasan yang belum terjadi dan belum tentu akan terjadi. Kau terlalu memikirkan hal-hal yang begitu jauh hingga terkadang itu membuatmu kehilangan jejak pada apa yang kau miliki saat ini. Jalanilah satu hari demi satu hari. Jangan menghabiskan waktu dan tenagamu untuk membuat rencana-rencana. Hidup bukan serangkaian daftar yang harus kau penuhi. Kau hanya perlu menjalaninya dengan usaha terbaik.

Maka, aku akan mengakhiri surat ini dengan beberapa pesan singkat untukmu. Teruslah melakukan yang terbaik. Teruslah berbuat baik, kepada dirimu sendiri dan kepada orang lain. Dan, yang terpenting, jangan kehilangan kemampuan untuk mencintai.




Dengan cinta,



Dirimu 25 Tahun yang Akan Datang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Brothers Karamazov, Fyodor Dostoyevsky

Nasi Kuning Paling Enak di Gorontalo

Rio Johan: Aku Ingin Melihat Sejauh Mana Aku Bisa Terus Menulis