Etika Mengirim Tulisan ke Koran
Saya mulai mengirim tulisan ke media cetak sejak tahun 2003 hingga telah beberapa kali dimuat oleh media cetak dan online dan sekian kali banyaknya tulisan yang ditolak oleh redaksi. Waktu itu tulisan yang saya kirimkan berupa tulisan opini untuk sebuah media cetak terbit lokal di Aceh. Selanjutnya saya berkali kali lagi mengirimkan tulisan opini ke beberapa media cetak dan hasilnya tidak dimuat. Tapi itu tidak jadi patah semangat. Saya makin tertantang untuk terus memperbaiki kualitas tulisan agar jadi pertimbangan redaksi. Berat sekali memang perjuangan untuk menembus sebuah tulisan ke media. Seleksi sangat ketat, harus bersaing dengan puluhan tulisan orang lain.
Tulisan yang sering dimuat di media rata rata karya orang yang bergelar akademik dan profesi tertentu, terkait dengan bidang yang ditulis. Posisi saya sebagai mahasiswa saat itu sangat sulit bisa tembus media. Karena ingin sekali nama saya muncul di koran, saya tidak lagi memilih kirim opini. Saya kirim tulisan ke ruang Surat Pembaca, dan hasilnya itu dimuat dua hari kemudian. Rasa kebanggaan ketika dimuat, walaupun itu hanya Surat Pembaca.
contoh barang | Ist |
Untuk mengirimkan tulisan ke media, sering terjadi ada penulis yang mengirimkan lebih dari satu media sekaligus. Ini tidak boleh dilakukan oleh penulis. Setiap satu tema tulisan, harus dikirimkan untuk satu media saja. Bayangkan kalau ada kejadian tulisan itu dimuat pada dua media, tentu redaksi akan 'marah' karena kecolongan memuat tulisan tersebut. Kalau si penulis ngotot mengirimkannya, dan dimuat pada dua media sekaligus dengan tulisan yang sama, maka kamu siap-siap saja akan diblacklist dari media yang bersangkutan. Biasanya media akan memberikan sanksi kepada penulis, tanpa pemberitahuan. Lamanya sanksi berbeda-beda dari media itu. Bisa jadi tulisan kamu selanjutnya tidak akan dimuat selama 6-12 bulan. Ada yang bahkan media memblacklist tulisan atas nama kita selamanya.
Saya pernah ngobrol dengan Taufik Al Mubarak, mantan Redaktur Pelaksana Harian Aceh. Sanksi bagi penulis yang kedapatan mengirimkan tulisan dan dimuat pada dua media sekaligus, akan di blacklist selama 6 bulan. Redaksi biasanya tidak mengirimkan semacam surat teguran kepada penulis. Ketahuan dauble dimuat biasanya diketahui dari pembaca yang melaporkan ke pihak redaksi. Jadi berhati hatilah mengirimkan tulisan ke dua media sekaligus. Ini berlaku bagi penulis opini, puisi, cerpen dan tulisan dari pembaca lainnya.
Jarak tunggu sebuah tulisan akan berbeda beda dari setiap media. Kamu memang harus sabar menunggu waktu dimuat. Pengalaman saya yang pernah mengirimankan tulisan ke Harian Kompas -sampai sekarang belum pernah dimuat Haha- untuk cerpen harus menunggu waktu sampai dengan 3 bulan. Untuk tulisan opini, biasanya akan ada balasan dari redaksi paling telat selama 7 hari jika memang tulisan itu tidak dimuat. Ini berlaku untuk tema tulisan yang sedang hot issu. Jadi kita baru bisa mengirimkan ke media lainnya kalau sudah ada pemberitahuan tidak dimuat dari redaksi.
Lalu bagaimana jika tulisan sudah dikirim ke media A misalnya, belum dimuat dan tanpa pemberitahuan dari redaksi akan dimuat atau tidak? Apa yang mesti kamu lakukan? Saya mengambil inisiatif untuk menarik tulisan tersebut. Caranya dengan mengirimkan pemberitahuan ke email redaksi bahwa tulisan yang saya kirim pada tanggal sekian dengan judul sekian saya tarik kembali, tentunya dengan berbagai alasan. Jangan juga kamu sebutkan alasan saat penarikan itu mau kirimkan ke media lain, tentu redaksi akan terganggu perasaannya. Sebutkan saja mau memperbaiki tulisan itu karena kekurangan data dan perlu editing lainnya.
Jika sudah menarik tulisan tersebut, maka kita sudah bisa kirim tulisan itu ke media B. Kalaupun nanti dimuat pada dua media sekaligus, itu bukan lagi kesalahan penulis. Kesalahan ada pada pihak redaksi media A. Sudah pernah ada kasus yang satu tulisan yang sama dimuat pada dua media yang berbeda. kronologisnya bisa macam macam. Ada yang penulis sudah menunggu waktu sampai 3 bulan, lalu mengirimkannya ke media lain tanpa pemberitahuan tarik tulisan.
Dan ketika dimuat sekaligus pada 2 media yang berbeda, apa yang harus kamu lakukan?
Ini memang dilema, tidak juga selamanya kesalahan ada pada penulis. Si penulis sudah tunggu waktu sampai 3 bulan dan tidak ada pemberitahuan sama sekali dari redaksi kalau tulisannya akan dimuat. Saya melakukan trik sewaktu mengirimkan tulisan, akan saya jelaskan di redaksi email kalau tulisan itu tidak dimuat dalam jangka waktu sekian hari, maka tulisan saya tarik kembali. Hati hati juga melakukan ini, jangan sampai tersinggung perasaan redaksi. Demikian yang dapat saya sampaikan tentang Etika Menulis Tulisan ke Koran, intinya jangan mengirimkan ke 2 media sekaligus. Hindari plagiat dan tetaplah berjuang pada proses untuk menembus tulisan ke koran[]
Baca Juga : Alamat Email Redaksi Media Cetak dan Online di Aceh
Ini memang dilema, tidak juga selamanya kesalahan ada pada penulis. Si penulis sudah tunggu waktu sampai 3 bulan dan tidak ada pemberitahuan sama sekali dari redaksi kalau tulisannya akan dimuat. Saya melakukan trik sewaktu mengirimkan tulisan, akan saya jelaskan di redaksi email kalau tulisan itu tidak dimuat dalam jangka waktu sekian hari, maka tulisan saya tarik kembali. Hati hati juga melakukan ini, jangan sampai tersinggung perasaan redaksi. Demikian yang dapat saya sampaikan tentang Etika Menulis Tulisan ke Koran, intinya jangan mengirimkan ke 2 media sekaligus. Hindari plagiat dan tetaplah berjuang pada proses untuk menembus tulisan ke koran[]
Baca Juga : Alamat Email Redaksi Media Cetak dan Online di Aceh
Komentar
Posting Komentar