"Abang Ngak Suka Adek Kek Gitu"

Tulisan Ini mungkin berlebihan sekali, cerita tentang diri sendiri yang tidak saya sukai. Saya khawatir ada banyak dari kamu yang tersinggung dengan sikap saya yang ini. Tapi sekian kalinya kepada banyak orang -khusunya perempuan- sudah saya jelaskan alasan kenapa saya tidak begitu suka dipanggil "abang"

Judul tulisan ini sangat lebay, dan saya jijik sendiri membacanya. Hahaha. Tapi ini penting dan harus kujelaskan pada kalian, agar kita tak salah arah dalam memandang dan tak salah dalam menilai akan sebuah panggilan nantinya. Kenapa saya tidak suka dipanggil 'abang?' mari kita lihat alasannya.

Kata "Abang" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai 1. kakak laki-laki; saudara laki-laki yg lebih tua ; 2 panggilan kpd orang laki-laki yg lebih tua atau tidak dikenal; 3. panggilan istri kepada suami. Ada juga yang memanggil sebutan "abang" untuk para penjual sayur, es cream keliling dan penjual bakso dan penjual keliling lainnya.

Pada arti yang pertama; itu jelas disebutkan bahwa panggilan "abang" itu untuk saudara laki-laki, artinnya untuk saudara kandung kita sendiri. Panggilan "abang' itu sangat sakral sekali, lalu pada poin ke-3, makna panggilan Abang diperuntukkan untuk suami. Cuma pada poin arti 2, disebutkan panggilan kepada yang lebih tua. Saya tidak sepakat dalam hal ini. Kalian boleh tidak suka. Tapi begini. Panggilan Abang itu sangat sakral sekali, itu khususan panggilan hanya untuk orang yang disayang dan dicintai.

Bagi saya yang boleh memanggil Abang, itu cuma adik kandung saya. Cuma itu satu satunya komunal manusia yang saat ini boleh dan layak memanggil saya Abang. Toh sampai hari ini saya masih lajang, biarlah panggilan Abang itu khususan wal spesial dari istri sah saya nantinya.

Jika kita berpedoman pada aturan etika orang timur. Cukuplah bagi orang yang lebih muda umurnya dari saya memanggil saja saya dengan nama langsung, tanpa embel embel Abang. Saya merasa asing dan tidak begitu suka dipanggil Abang, apalagi yang memanggil itu adalah para gadis yang umurnya lebih muda dari saya. Kesannya gimana yak, dan itu tidak terlalu penting. Jikapun beda umur yang jauh, cukuplah dipanggil dengan sebutan Bang, sebagaimana hal lazim dan umum orang berkomunikasi.

Saya juga jarang sekali dalam berkomunikasi dengan "mengAbangkan" diri dalam bicara. Jarang juga saya memanggil panggilan "dek" kepada wanita yang lebih muda dari saya. Umumnya saya menggunakan panggilan nama langsung. Lidah saya tidak terbiasa dengan hal itu. Misalnya kalimat mengAbangkan diri: "Abang, Ngak Suka Adek Kek Gitu" Jiahahaha. Plastik mana plastik.

Sudah ya, itu saja curhat kurang ajar dan lebay wal tidak penting ini. Iseng sambil menunggu kawan datang, jadinya update catatan harian yang tidak penting ini ke blog. Curhat. Heuheu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Brothers Karamazov, Fyodor Dostoyevsky

Nasi Kuning Paling Enak di Gorontalo

Rio Johan: Aku Ingin Melihat Sejauh Mana Aku Bisa Terus Menulis