Kebohongan Pawai Karnaval
Senin siang 18 Agustus 2014 kemarin itu, saya merepet bukan main karena terjebak macet di jalan protokoler Banda Aceh. Awalnya saya tidak ingat kalau hari itu adalah ada pawai karnaval tujuhbels Agustus. Pawai karnaval yang selalu diadakan setiap tahun dalam peringatan hari kemerdekaan Indonesia. Saya kemudian baru mengerti kenapa macet saat melihat orang orang yang menunggu gerakan pawai karnaval itu dalam jumlah ramai berdiri dipinggir jalan, bahkan ada yang duduk santai dibawah pohon trotoar jalan protokol.
Saat itu saya menuju ke sebuah tempat untuk mengantar sesuatu barang yang cukup penting kepada seseorang yang sudah saya anggap sebagai guru. Tepatnya guru spiritual pada berbagai hal kehidupan, termasuk soal politik dan tentang cinta. Eaak. Karena sang guru yang menunggu mau berangkat meeting penting, beliau terus mendesak saya untuk mencari alternatif jalan lain supaya tidak kena macet dan sampai dengan cepat.
Saya mengambil beberapa inisiatif. Melewati beberapa jalan yang dianggap tidak macet, ternyata kena juga macetnya. Para penjaga jalan raya seperti polisi dan orang seragam dari dinas perhubungan berdiri dirata simpang, sibuk mengatur lalu lintas kenderaan.
Memilih jalan alternatif ternyata tidak juga aman. Saya akhirnya terkena juga efek macet, ada iringan pawai jalan kaki. Jalan yang dilalui peserta karnaval ditutup untuk kenderaan umum. Mundur kebelakang tidak lagi bisa, karena dibelakang sudah banyak sekali kenderaan lainnya. Maka berdirilah saya dipinggir jalan raya itu, dengan mata dipaksakan melihat para peserta karnaval yang umumnya dari anak anak sekolah di Banda Aceh.
Ya, seperti karnaval umumnya tentu kamu juga sudah tau kalau setiap karnaval tiba maka yang terlihat adalah para anak anak yang memakai pakaian apa saja demi menunjukkan sebuah nasionalisme keIndonesiaan. Umumnya mereka memakai pakaian adat dari berbagai daerah, paling banyak pakaian adat dari Aceh.
Pada acara pemerintah ini saya melihat ada pasangan anak SMA yang memakai baju adat Aceh, mereka berjalan dengan mesra sambil menggandeng pasanganya. Layaknya pengantin baru nikah. Ini negeri syariat islam? Ini acara yang dibikin oleh pemerintah yang terjadi dipusat ibu kota provinsi yang mencerminkan syariat islam? Oh Tuhan!
Lucunya lagi, saya melihat ada anak-anak seumuran SD memakai pakaian ala seorang petani, ada yang memakai pakaian ala nelayan, jadi pekerja kebun dll. Tau kenapa itu lucu? Bagi anak anak kampung seperti kami, jelas pemandangan itu sangat lucu. Bagaimana anak anak kota yang dipaksa menjadi petani/nelayan, sedangkan mereka tidak pernah sama sekali tau bagaimana menanam padi, bagaimana ke sawah, bagaimana menaman cabai, bagaimana mengembala kambing dan sapi.
Lucunya ada anak-anak yang memakai pakaian ala nelayan, tapi mereka tidak paham gimana caranya menangkap ikan, mencari tiram, menjala dan banyak kerjaan sebagai nelayan lainnya. Tentu ini sebuah kekonyolan pendidikan karakter yang dilakukan oleh anak anak kota. Seperti guyonan kawan saya waktu menceritakan kejadian ini, bisa jadi untuk tahun tahun akan datang, bakal ada tempat yang disewakan bagi anak anak kota yang lucu dan kece jika ingin memberi umpan ayam, umpan itik dan lain-lain.
Kalau para anak anak ini nantinya jadi pejabat publik dan politisi, maka mereka akan juga menipu dengan berpura pura jadi petani/nelayan dan sebagainya. Padahal mereka tidak pernah mengalami dan tau persis tentang apa yang dirasakan oleh profesi yang mulia itu. Inilah sebuah ciptaan lelucon dimata kami anak anak kampung ketika melihat karnaval. Hiks []
Komentar
Posting Komentar