Surat Keramat Dari Humas Unsyiah
Bulan Februari lalu saya diminta oleh seorang redaksi pihak Humas Unsyiah untuk berkontribusi menulis esaai tema budaya, untuk Majalah Warta Unsyiah. Esai saya "Budaya Mengemis" itu akhirnya dimuat pada Edisi 185/Maret 2015. Sebagai alumni Unsyiah, saya tentu saja senang. Edisi Majalah itu terbit pada April 2015.
Lebih senang lagi, hari ini saya mendapat surat Ucapan Terima Kasih atas dimuatnya tulisan itu + honor sebagai apresiasi jasa menulis essai itu. Selama ini saya tidak pernah mendapat surat resmi ucapan terima kasih atas tulisan saya ketika dimuat dibeberapa media cetak dan online. Saya memahami bagaimana ribetnya hal yang mungkin saja sepele ini.
Kalau honor, pun harus ambil sendiri ke kantor media tersebut, itupun kadang dengan harus ulang-alik esoknya karena anggaran media tersebut tak ada lagi atau dengan segudang alasan lain. Tak pernah pula dihubungi secara khusus untuk pengambilan honor.
2011 saya pernah alami kejadian buruk dalam menulis. saya pernah meminta tulisan saya yang dimuat pada sebuah situs LSM untuk dicabut, karena sang pengurus LSM itu mencla-mencle soal honor, dan saya merasa ditipu dengan alasan honor tak ada lagi sejak tahun itu. Padahal beberapa teman yang pernah dimuat tulisan tahun itu mendapatkan honor.
Lebih marahnya lagi, sang direktur itu seorang pengajar disebuah kampus, saya langsung marah dengan mengingat kalau saja Mak saya tau, anaknya ditipu oleh seorang dosen, itu sungguh hina sekali martabat saya. Tulisan itu akhirnya dicabut, saya marah dan tersinggung, apalagi sang pengurus situs itupun tak meminta maaf secara baik-baik. Itu kejadian 4 tahun lalu.
Setahun kemudian juga alami hal yang sama dengan sebuah tabloid lokal, saya diminta menulis essai, saya tau disana ada honor lumayan dari referensi teman yang pernah dibayar honor tulisannya, tapi saat ditagih, lagi lagi alasan dengan berbagai hal teknis. Saya memilih tak lagi menagih. Saya akui kalau kualitas tullisan saya belum begitu baik, bahkan masih buruk saat saya baca berulang ulang. Saya sudah ikhlas dengan kejadian itu. Sebagai pengalaman lika liku dalam dunia menulis. Halah!
Hari ini saat surat Ucapan Terimakasih dan apresiasi telah berkontribusi menulis di Warta Unsyiah, saya benar benar tersanjung dan merasa dihargai sekali bagi penulis/kontributor majalah ini. Dari sekitar 30 judul lebih pernah dimuat di media massa sejak 2007, baru ini mendapat surat Terima Kasih. Surat ini akan saya arsipkan koleksi pribadi, mau dibingkai, saya benar benar terkesan atas surat yang langsung ditandatangani oleh Kepala Humas Unsyiah, Dr. rer. nat. Ilham Maulana, S.Si. Saya mengenal orangnya, masih kategori kaum muda, sekali pernah bertemu salaman pada sebuah seminar di FKIP kalau tak salah. Trims atas surat berharga ini, Pak!
Apresiasi balik dan terimakasih saya juga atas surat Ucapan Terima Kasih ini kepada redaksi Warta Unsyiah, Tim/staf Humas Unsyiah. Saya merasa dihargai sekali atas jasa tulisan itu. Saya tau setiap edisi ada banyak penulis/kontributor dengan berbagai rubrik di dalamnya. Dan semua mendapat surat ini seperti saya + lampiran Majalah Warta Unsyiah. Tentu ini bukan kerja sepele.
Kerja kerja surat kabar dalam menghargai penulis masih sangat kurang sekali terjadi di Aceh khususnya dan Indonesia umumnya. Apalagi sampai mengirim surat begini. Atau saya yang alpa atas informasi ini? Atau juga saya saja yang berkesan sangat dihargai karena sebelumnya pernah 'ditipu' oleh dua kasus pada tahun 2011 itu? Terimakasih Kembali Humas Unsyiah. Tabek!
Komentar
Posting Komentar