Panduan Membaca Haruki Murakami (2)


Photograph by Glo



Pertanyaan: Bagaimana cara menikmati dunia fiksi Haruki Murakami?

Tulisan ini dibuat untuk yang sudah membaca Haruki Murakami dan tidak dapat menikmatinya dan bertanya-tanya bagaimana cara menikmati buku Murakami. Tulisan ini juga merupakan lanjutan dari bagian sebelumnya, Panduan Membaca Haruki Murakami (1). Di tulisan tersebut, saya mencoba memberi rekomendasi buku Haruki Murakami yang mana yang sebaiknya dibaca bagi mereka yang ingin mulai mengenal dunia fiksi Murakami.

Kini, setelah masing-masing memegang buku Murakami untuk kali pertama dan sudah mulai membaca dan ternyata mengernyit mengalami kesulitan mengikuti semesta fiksi Murakami, saya akan coba sedikit memberikan panduan sederhana, bagaimana kiranya kita dapat memahami, atau setidaknya menikmati dunia fiksi Murakami.

. . . . . . . . . . . . . . . . . .
  • Murakami = Sureal, Absurd

Seperti saya sebut dalam Panduan Membaca Haruki Murakami (1), secara umum dunia fiksi Murakami adalah dunia yang sureal. Harap dibedakan antara sureal dan fantasi. Fantasi, secara sederhana, adalah cerita yang di dalamnya terdapat makhluk mitikal, dan manusia menyadari status mitikal makhluk tersebut. Tapi sureal merupakan situasi yang absurd, tidak berada dalam lingkup nalar dan logika umumnya-namun diciptakan penulisnya dengan intensi agar situasi absurd tersebut diterima sebagai kewajaran, setidak-tidaknya tidak dipandang sebagai hal yang fantastis/mitikal (dalam pengertian cerita fantasi).

Contoh paling jamak, dan kemudian menjadi trademark Murakami, adalah kehadiran kucing yang bisa bicara. Jika kucing bicara ini hadir di novel Lord of the Rings atau Harry Potter, ia akan dipandang sebagai makhluk mitikal, setidak-tidaknya mengandung sihir atau terkena sihir-dan memang demikian intensi penulisnya. Tetapi kucing bicara pada cerita-cerita Murakami merupakan bagian kewajaran dalam semesta karakternya, dan penulisnya menyajikan absurditas tersebut dengan intensi agar dipandang secara wajar pula. Thus, kucing bicara di cerita Murakami adalah sesuatu yang absurd, sementara di novel fantasi tidak.

Kunci pertama: Hilangkan harapan akan bertemu hal-hal wajar dan normal. Normal adalah kata yang tak pernah eksis dalam dunia fiksi Murakami.

. . . . . . . . . . . . . . . . . .

  • Murakami = Landai, Ngalor-Ngidul


Jika kamu menyenangi cerita dengan plot yang bergerak cepat a la kisah detektif macam Dan Brown atau kepastian misi seperti dimiliki karakter-karakter dalam novel fantasi, hampir pasti kamu akan dibuat bosan oleh Murakami.

Tatkala cerita dibuka, tokoh utama novel-novel Murakami (maupun cerpen-cerpennya) tampak tak memiliki tujuan hidup-dan memang begitu kiranya, karena di situ lah poinnya (kita bicara ini di kesempatan lain). Tanpa tujuan, tokoh-tokoh Murakami akan melakukan kegiatannya sehari-hari: memasak spageti, membaca novel, jalan-jalan naik bus atau kereta atau taksi tanpa tahu ingin ke mana sebenarnya, pergi ke toko buku, mampir di kafe, semuanya tanpa maksud dan makna. Sekilas ini tampak menyalahi aturan menulis Kurt Vonnegut, yang berkata bahwa setiap tokoh harus memiliki keinginan, sekalipun itu hanya segelas air.

Tokoh-tokoh Murakami tak punya kenginan.

Inilah yang membuat alur cerita Murakami sekilas terlihat seperti ngalor-ngidul nggak jelas arahnya, dan inilah kiranya yang membuat beberapa pembaca jadi bosan. Mereka berharap menemukan dengan segera apa yang ingin diceritakan Murakami, tetapi setiap halaman yang dibalik dan dibaca hanya menyajikan hal-hal yang entahlah apakah ini akan membawa mereka ke satu tujuan yang sejak awal mereka harapkan.

Murakami sendiri berkata, di satu wawancara, ia menulis cerita-ceritanya seperti mengamati sebuah sumur: Ia sama sekali tak tahu benda apa yang akan muncul ke permukaan, sampai benda tersebut muncul. Seperti itu pula tokoh-tokohnya. Tidak menentukan tujuan hidup, tidak merasa harus memiliki tujuan hidup. Tokoh-tokoh Murakami adalah kasus sempurna dari slogan go with the flow. Begitu pula yang mesti kita lakukan untuk menikmati dunia fiksi Murakami.

Kunci kedua: Hilangkan harapan akan goal cerita yang jelas dan gamblang.

Go with the flow.

Enjoy the ride.

. . . . . . . . . . . . . . . . . .

  • Murakami = Kejutan


Jangan salah. Pada bagian-bagian awal, dan ini memang bisa berlangsung sangat panjang bahkan mungkin hingga sepertiga atau separuh buku, dunia fiksi Murakami memang terasa landai dan ngalor-ngidul. Tapi bertahanlah. Kamu akan sampai di satu titik ketika absurditas dimulai, keanehan-keanehan perlahan bermunculan, dan puncaknya adalah kejutan yang menyenangkan.

Tentu saja kejutan ini pun hadir dalam situasi yang absurd, tentu saja.

Poin dari membaca Murakami adalah, salah satunya, menikmati absurditas. Jika kita sudah dapat menerima kehadiran absurditas, situasi-situasi di luar logika, niscaya akan lebih mudah menikmati dunia fiksi Murakami. Pembaca yang sudah terbiasa dengan novel-novel fantasi saya kira akan lebih terbantu. Bukan berarti yang tidak membaca novel-novel fantasi akan kesulitan menikmati Murakami. Tetapi yang ingin saya katakan adalah, penting untuk memiliki kemampuan menikmati absurditas, karena hal tersebut saya kira merupakan bekal utama dalam memasuki dunia fiksi Murakami.

Kunci ketiga: Membuka diri terhadap ketidakjelasan.

. . . . . . . . . . . . . . . . . .

�Don�t pointless things also have their place in this imperfect world?� (Haruki Murakami)

Saya kira, kalimat retorik itu adalah kredo kepengarangan Murakami, jika tidak satu-satunya berarti salah satunya. Memasuki dunia fiksi Murakami berarti memasuki dunia yang (tampak) tak penting, tak jelas, dan membosankan. Tetapi, seperti ia katakan, bukankah hal-hal tak penting juga memiliki tempatnya di dunia yang toh tak sempurna ini? Melalui hal-hal tak penting dan tak jelas itulah Murakami mempertanyakan hal mendasar dalam hidup: Apa tujuan manusia hidup? Apa tujuan dan makna keberadaan manusia di dunia, jika tujuan dan makna itu memang ada?

Tapi kita akan bahas tentang ini lebih dalam lain kali, lengkap dengan contoh-contoh langsung dari tokoh-tokoh di novel-novelnya.



  •       Bagian apa yang paling kamu sukai dari buku-buku Murakami? Bagian mana yang tidak dapat kamu pahami? Apa yang membuat kamu kesulitan menikmati cerita-cerita Murakami? Share pendapat kamu di kolom komentar ya. Saya tunggu!



Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Brothers Karamazov, Fyodor Dostoyevsky

Nasi Kuning Paling Enak di Gorontalo

Rio Johan: Aku Ingin Melihat Sejauh Mana Aku Bisa Terus Menulis