Postingan

Novel: Di Antara Dua Sujud

Gambar
Membaca novel 400-san halaman garapan Penulis Muda Gorontalo: Muhammad Irata mengajak saya menyusuri labirin kehidupan yang paradoks. Bahwa hitam-putih kehidupan tetap membuka ruang kompromi untuk direnungi, dijajaki lebih dalam, lalu kita perlu bertanya mengapa? Apa yang tampak bukanlah sepenuhnya benar, ruang asumsi, ruang persepsi maupun postulat yang sering dibangun dengan mudah runtuh, lalu kita tersentak betapa, Tuhan benar-benar Maha Pemurah. Adalah Aslam dan Furqan memulai cerita ini di atas menara Limboto, menyapu bumi Serambi Madinah, menatap Danau Limboto di kejauhan. Terasa ada percakapan serius di antara keduanya. Garang mentari negeri serambi begitu membakar. Lalu, mengalirlah cerita ini apa adanya, dengan adegan-adegan yang terduga, renyah juga manis. Jujur, menghabiskan seluruh halaman Di Antara Dua Sujud (D2S), seperti saya menjajaki jiwa Ayat-ayat Cinta milik Habiburrahman El-Shirazy. Tak bisa ditampik, Muhammad Irata memang sudah terlampau kagum dengan maestr...

Cerpen: Seikat Satu

Gambar
Kita sudah di sini. Sangat mudah menemukan kata-kata yang keluar dari mulut para pendengki. Mereka akan mencemooh atas ketidakberdayaannya melihat   keadaan beruntung yang menyapa kita setiap pagi. Tak usah resah, para pendengki akan selalu begitu, hanya serupa angin ribut yang datang suatu waktu. Kita adalah laut yang tetap harus tenang tanpa harus terusik pada pancaroba. �Ayah...! Aku mencintaimu!� �Bunda...! Aku mencintaimu!� Kata yang selalu berbalas adalah buah manis dari sabar yang telah dijadikan selimut. Meski topan, meski badai, meski apa pun yang mereka serapahi, kita tetap seikat satu. Tak ada yang bisa menggugat ikrar   yang menggetarkan arsy. Seribu doa akan selalu jadi tolak bala atas muslihat yang ingin memperdaya. Kita sudah di sini, saling menggenggam jemari, lalu mendekap pasti untuk hari-hari yang dijalani. Adakah yang lebih bahagia dari seikat satu ini? Sayang. Kekecup keningmu setiap sujud disudahi. Lalu doa yang berulang akan selalu kuucapkan. Tiada mantr...

Puisi: Kepada Kenangan

Gambar
pic: majalahouch.com Ada rindu yang merayap dari jendela  Menggoreskan kenangan, memanggilmu yang pergi jauh,  Dentuman memekakkan pecah mengotori cakrawala, mengabarkan waktu telah beranjak meninggalkan masa lalu,  Pesta yang bingar yang sangar,  Musik bersahutan, minuman ditenggak,  Keringat pecah sebesar biji jagung memergoki belia yang lupa jalan pulang  Darah telah tumpah, menggores perih di puncak peluh, kenangan telah pecah!  *** Gorontalo, 04 Januari 2016 Simak: Kompasiana

Puisi: Kepada Tuan

Gambar
irwantoshut.blogspot.co.id �Tak mengapa pohon-pohon ditebang, toh masih bisa ditanami kembali�  Entahlah tuan, kegilaan macam apa ini?  Kau biarkan para raja menjamah hutan, menggagahi pohon-pohon,  Kau berkhotbah, menjadi pembela bandit serakah,  Pohon-pohon mengangkat tangan, mengajak ranting dan daun merapal doa, mengutuk para terkutuk yang menjungkalkan keadilan�  Mantra diikamahkan para binatang, mengajak Tuhan mendatangkan hujan, dan turunlah bah menghardik para bangsat, tapi oh celaka�  Jelata bergelimpangan, patah bersama pohon-pohon, berpelukan bersama binatang yang kehilangan rumah, dan tuan beserta para raja berpesta menenggak kencing sendiri�  Seribu air mata dari pohon-pohon yang digagahi berubah amarah, dan aku berdoa kelak tuan ditebang dan dibakar...  Tak mengapa, karena toh tuan bisa ditanam kembali�  ***  Puncak Batu 05 Januari 2016 Baca di: Kompasiana

Puisi: Hikayat Mandung

Gambar
Burit diculik gelita, tengking orok merecoki petang yang belia.  Di bibir gapura kau menyilik, meruahkan sesal sebab mandung raib entah kemana  Sudahlah, payah dipeluk amarah,  Mestinya ada secangkir kopi beserta sepiring pisang goreng,  Namun dada terlanjur gaduh karena mandung tak kunjung pulang  Petang yang lawas, binar kartika diculik mendung,  Kunikmati rebah kelesah, bersama embus pawana yang berkabung�  Semoga rawi lekas terbit dan mandung cepat kembali�!   *** Puncak Batu 08 Januari 2016 Bisa juga disimak di sini: Hikayat Mandung Burit diculik gelita, tengking orok merecoki petang yang belia. Di bibir gapura kau menyilik, meruahkan sesal sebab mandung raib entah kemana Sudahlah, payah dipeluk amarah, Mestinya ada secangkir kopi beserta sepiring pisang goreng, Namun dada terlanjur gaduh karena mandung tak kunjung pulang Petang yang lawas, binar kartika diculik mendung, Kunikmati rebah kelesah, bersama embus pawana yang berkabung�...

Hajar Aswad

Gambar
Cerpen Zaenal Radar T ( Media Indonesia , 21 Agustus 2016) Hajar Aswad ilustrasi Pata Areadi PEKERJAAN saya adalah merayu orang-orang yang berada di sekitar Kabah, terutama yang berwajah Asia dan mengerti bahasa Indonesia. Saya menawarkan, apakah mereka sudah mencium Hajar Aswad? Ini saya lakukan terutama kepada jemaah yang sedang sendirian. Jemaah yang sepertinya ingin sekali mencium dan mengelus batu hitam yang letaknya di pojokan bangunan Kabah, tapi mereka tidak sanggup atau belum dapat kesempatan. Tak mudah mendekati Hajar Aswad, apalagi mencium atau sekadar mengelusnya. Siapa saja yang setuju dengan penawaran saya, dengan gerak refleks dan sejurus kode kepada teman-teman saya, maka kami langsung berupaya menggerakkan orang yang setuju dengan penawaran tadi. Saya dan teman-teman (sekitar empat atau lima orang) sudah hafal di luar kepala, bagaimana caranya agar orang yang meminta bantuan bisa mendekatkan tubuhnya mengarah ke sudut Hajar Aswad, sampai akhirnya ...

Nasi Kuning Paling Enak di Gorontalo

Gambar
           Saya sudah menjajaki nikmatnya makan Nasi Kuning Padebuolo di depan Sekolah Dasar. Sudah mencicipi nasi kuning di lorong depan Kampus Poltekes Gorontalo. Atau yang di Ipilo: Nasi Kuning Daging dengan bakwan sebagai pelengkap. Di Biawu Nasi Kuning Sop Kikil yang cita rasanya sesuai harga kalangan elite. Yang di Jalan Palma, pas tikungan dari arah pertigaan Agus Salim, ada bakwan, tahu goreng, dan tempe goreng yang menambah ramai, juga kue-kue khas Gorontalo lainnya. Ada lagi yang punya orang Arab dari arah perempatan Gelael melewati penjual buah, di situ juga oke. Nasi Kuning Nusantara di Jalan Raja Eyato punya rasa yang khas. Nasi Kuning Manado Regal di samping Inul Vista dan depan Wong Solo makin membuat lidah saya semarak dengan ragam cita-rasa nasi kuning yang ada di Kota Gorontalo . Ada lagi yang di samping pertigaan jalan masuk Al-Islah di Jl. Irian, Nasi Kuning Manado, mantap. Nasi-nasi kuning pinggir jalan sepanjang J...