Novel: Di Antara Dua Sujud
Membaca novel 400-san halaman garapan Penulis Muda Gorontalo: Muhammad Irata mengajak saya menyusuri labirin kehidupan yang paradoks. Bahwa hitam-putih kehidupan tetap membuka ruang kompromi untuk direnungi, dijajaki lebih dalam, lalu kita perlu bertanya mengapa? Apa yang tampak bukanlah sepenuhnya benar, ruang asumsi, ruang persepsi maupun postulat yang sering dibangun dengan mudah runtuh, lalu kita tersentak betapa, Tuhan benar-benar Maha Pemurah. Adalah Aslam dan Furqan memulai cerita ini di atas menara Limboto, menyapu bumi Serambi Madinah, menatap Danau Limboto di kejauhan. Terasa ada percakapan serius di antara keduanya. Garang mentari negeri serambi begitu membakar. Lalu, mengalirlah cerita ini apa adanya, dengan adegan-adegan yang terduga, renyah juga manis. Jujur, menghabiskan seluruh halaman Di Antara Dua Sujud (D2S), seperti saya menjajaki jiwa Ayat-ayat Cinta milik Habiburrahman El-Shirazy. Tak bisa ditampik, Muhammad Irata memang sudah terlampau kagum dengan maestr...