Aku masih senang berandai-andai. Seandainya kamu masih denganku, seandainya bukan sebagai masa lalu. Terkadang, aku ingin menjemput waktu-waktu yang sudah begitu jauh tertinggal. Kembali memelukmu seperti saat kita terlalu takut pada perpisahan. Seperti dahulu saat waktu dan jalan-jalan merentangkan jarak antara aku dan kamu. Kita percaya ada yang lebih kuat dari apa pun. Kita punya cinta yang tidak dipunya oleh siapa pun. Sebelum aku memilih percaya pada nada-nada bicara lain. Sebelum aku tergoda untuk menikmati bahagia semu yang lain.
Dulu, kita selalu bisa menemukan jalan keluar dari segala masalah. Hingga aku memilih untuk memasukkan masalah�masalah ke dalam kita. Aku mendengarkan teman-temanku yang tak suka kepadamu. Aku mendengarkan omongan mereka yang tidak ingin kita bersatu. Apalah artinya cinta, jika jarak sejauh itu, apa bisa kamu dipercaya? Keyakinanku dirapuhkan oleh keraguan mereka. Bukan bermaksud menyalahkan siapa pun. Aku hanya ingin mengenang betapa bodohnya aku membiarkanmu terluka. Betapa salahnya aku mengabaikan segala rasa yang kita punya.
Namun, kini aku sudah terlambat untuk kembali. Aku tahu kamu telah lebih baik di sana. Aku tahu betapa dalamnya kamu terluka sebab aku. Aku hanya sedang berandai-andai. Menyesali kesalahan yang pernah kulakukan. Menghakimi diriku yang tidak pernah memedulikan sedihmu. Kupilih menyudahi segalanya dengan egoku. Aku pikir aku akan lebih bahagia tanpamu, kenyataannya aku belum pernah bisa menemukan bahagia seperti saat bersamamu. Namun, semua ini kesalahanku, hal yang harus kuterima dengan sepenuh hati. Aku sama sekali tidak berhak meminta kamu kembali. Biarlah segala hal yang kusesali ini menyesakkan dada.
Maaf untuk kesekian kali kepadamu, yang tidak pernah mampu menyembuhkan luka hatimu. Maaf telah membiarkanmu berlalu. Tetaplah menjadi orang yang penuh dengan impian-impian besarmu. Maaf, pernah mengacaukan hidupmu. Maaf, pernah melemahkan perjuanganmu. Aku hanya sedang berandai-andai, jika dulu aku tidak melepasmu. Barangkali semua impian kita dulu tidak datang sebagai kenangan pahit dan pilu. Namun sudahlah, semuanya memang aku yang salah. Biarlah aku yang menjalani semua ini sendiri. Sesakit apa pun rasa sesal itu kini. Aku tidak berhak memintamu kembali.
Boy Candra
Komentar
Posting Komentar